25 radar bogor

Jadi Rujukan Pembuat Game Baru

EDUKASI: Annisa saat memperkenalkan permainannya kepada anak-anak dengan membentuk komunitas.

SELAIN berusaha menggapai hati anak-anak dalam negeri, Annisa sibuk mempersiapkan game miliknya untuk bisa goes to ASEAN. Sebagai langkah awal, penulis buku Student Traveler itu sudah melakukan kunjungan awal ke dua negara. Yakni, Filipina pada awal April dan Myanmar awal Mei lalu.

Di Filipina, Annisa dibantu salah satu organisasi mahasiswa di Manila untuk mengumpulkan materi dan mengenalkan permainan ecofunopoly itu. Sementara di Myanmar, dia bekerja sama dengan beberapa relawan dan guru-guru di sekolah pemerintah.

Dalam perjalanannya tersebut, Annisa mengakui, keterbatasan bahasa jadi salah satu kendala. Terutama di Myanmar. Tidak semua anak-anak dan guru di sana menguasai bahasa Inggris. Imbasnya, setiap kegiatan dan sosialisasi yang dilakukan baru bisa dievaluasi sehari setelah kegiatan berlangsung. ”Biasanya kan selesai acara langsung evaluasi. Tapi, tidak bisa, jadi nunggu relawan yang bisa bahasa Inggris dulu, setelahnya dia sampaikan ke yang lain,” katanya.

Namun, kata Annisa, itu akan diatasi dengan pembuatan game board dengan bahasa lokal Myanmar. ”Itu solusinya,” imbuhnya.

Selain menyasar Myanmar dan Filipina, ecofunopoly sudah mulai dipasarkan ke Laos. Melalui kolega yang ditemui saat mengikuti kompetisi YSEALI Future Seeds Grant 2017, ecofunopoly bisa dikenalkan di sana. Sudah sepuluh buah ecofunopoly ukuran kecil yang dipesan untuk bisa dimainkan di negara pimpinan Boungnang Vorachith itu. ”Aku juga kaget awalnya. Soalnya, ongkos kirimnya lebih mahal dari yang dipesan. Tapi, orangnya mau aja, gak masalah katanya,” ujarnya, lantas tertawa.

Ecofunopoly juga telah sukses mendarat di Amerika Serikat. Berhasil menjadi pemenang dalam ajang YSEALI Future Seeds Grant 2017 membuat permainan ini diboyong ke negeri Paman Sam. Meski tidak bisa ikut terbang ke sana, Annisa tetap diminta mempresentasikan permainan edukatif itu di depan relawan dan peserta program YSEALI.

”Pemaparannya lewat Skype gitu. Siang di sana kan tengah malam di Indonesia. Jadi, sudah ngantuk banget, muka bantal pas presentasi,” kenangnya.

Keberhasilan dalam mengenalkan ecofunopoly ke berbagai negara membuat perempuan berkacamata itu kerap jadi jujukan pembuat game baru. Saat ditemui di salah satu mal di Bogor, Annisa terlihat sibuk melayani pertanyaan-pertanyaan mahasiswa dari Universitas Surya.

”Mereka tadi minta saran aja sih, apa yang perlu ditambah atau diperbaiki. Mereka rencananya mau ikut kompetisi,” jelasnya. Selain dalam negeri, dia pun sempat diminta menjadi mentor untuk proyek tiga negara YSEALI Chili Academy di Singapura.(*/c10/owi)