25 radar bogor

Puluhan Warga Jasinga Idap Skizofrenia

JASINGA–Kepala UPT Kesehatan Jasinga Anang Sujana mengungkapkan fakta mengejutkan. Puluhan orang mengidap penyakit skizofrenia. Yakni, 25 pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan 15 orang pasca pengobatan di rumah sakit. “Tandatanda penyakit tersebut itu halusinasi, ilusi, merasa diri seperti artis, ada kecemasan, pobia, dan paranoid,” ujarnya kepada Radar Bogor kemarin (16/5).

Ia mengaku obat yang rutin diberikan kepada pasien ODGJ sudah mencukupi, namun tidak dengan jumlah dokter. “Saya harap kegiatan ini rutin, jangan sampai terputus, minimal sebulan sekali untuk mendatangkan dokter spesialis guna mengurangi kasus ODGJ di wilayah Jasinga,” pintanya.

Untuk mengatasi hal itu, pihaknya memutuskan bekerja sama dengan Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Salah satunya melakukan sosialisasi penanganan kesehatan jiwa dengan pendampingan psikiater. Sekaligus pemberian edukasi kepada masyarakat Jasinga.

Kegiatan yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini dilakukan di aula Puskesmas Jasinga. Selain diikuti pasien, hadir juga masyarakat yang ingin mengetahui seperti apa penyakit skizofrenia itu.

Penyuluh Kesehatan RSMM Iyep Yudiana menuturkan, melalui kegiatan tersebut diharapkan masyarakat secara umum sadar tentang pentingnya penanganan kasus kejiwaan. Sama halnya dengan penanganan penyakit lainnya, masyarakat harus secara aktif memeriksakan pasien
ODGJ ke puskesmas atau rumah sakit. “Tujuannya agar tidak ada lagi stigma negatif terhadap pasien gangguan jiwa,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Sementara itu, psikiater dari RSMM dr Lahargo Kembaren SpKj mengungkapkan, peran serta keluarga maupun partisipasi tokoh masyarakat dan agama. Kemudian melibatkan penanganan dari lintas sektoral, termasuk Dinkes dan Dinas Sosial harus secara aktif melaporkan setiap ada kasus gangguan jiwa. Agar langsung mendapatkan penanganan yang tepat, akses yang cepat dan tentunya dengan pengobatan yang tepat.
“Yang terpenting pasca perawatan dan pengobatan harus ditindaklanjuti dengan penanganan di masyarakat berupa adanya kegiatan, atau pekerjaan serta membentuk grup-grup sosialisasi. Sehingga pasien gangguan jiwa bisa kembali beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya,” terangnya.(cr4/c)