25 radar bogor

Warga Temukan Bunker Kuno di Ciomas

IST KUNO: Bunker zaman penjajahan yang ditemukan di dalam lubang di Ciomas.

BOGOR–Berbagai pihak meyakini masih banyak bangunan sejarah yang terkubur di Bogor. Buktinya kemarin, warga Ciomas, Kabupaten Bogor, dibuat heboh dengan penemuan ruang rahasia yang diduga peninggalan zaman pemerin- tahan Hindia-Belanda, di Desa Pagelaran, lingkungan Pesantren Al Fatah, kompleks sekolah Maarif. Bunker itu ditemukan saat pekerja bangunan menggali tanah untuk membuat masjid. “Jadi, memang itu buat masjid. Bunkernya ditemukan waktu tukang menggali buat fondasi masjid,” ujar Adi Warman (26), warga Ciomas, kepada Radar Bogor kemarin (11/5).

Pantauan Radar Bogor, di bibir pintu masuk yang menyerupai gua itu terdapat pagar besi. Untuk memasuki ruangan itu, orang dewasa harus merangkak. Pintunya yang terbuat dari batu bata merah menambah kesan tersembunyi.

Menurut keterangan salah satu santri, di balik pintu selebar kurang lebih 100 sentimeter itu terdapat kamar-kamar. Meski tidak diketahui jumlah pastinya, namun terlihat masih ada lorong- lorong lain. “Karena pada takut gelap di dalam, jadi belum bisa diketahui,” kata dia. Sementara itu, pihak pondok pesantren belum dapat dikonfirmasi.

Temuan ini menarik minat Sejarawan Universitas Padjadjaran, Kunto Sofianto. Kepada Radar Bogor, Kunto mengatakan, pemerintah perlu meneliti lebih lanjut penemuan bunker tersebut. Bunker-bunker serupa, menurutnya, terdapat di wilayah yang menjadi pusat- pusat pemerintahan. “Gedung Sate dekat stasiun Bandung, kemungkinan juga. Tetapi kan ini belum diteliti,” ujarnya kemarin.

Sekilas, ungkap Kunto, batu bata pada bangunan bunker mencirikan khas arsitektur Belanda. “Kalau memang bisa diasumsikan peninggalan Nerderlasindiche atau Hindia-Belanda,” imbuhnya. Kendati demikian, untuk membuktikan autentisitas fakta perlu didukung penelitian. Penelitian ini melibatkan ahli arkeolog dan sejarawan.

Kunto menjelaskan, pada zamannya, bunker difungsikan sebagai lokasi pelarian. Fungsi lain untuk menyimpan benda berharga para pejabat. “Karena melihat keamanan. Konsep seperti ini diadopsi daratan Eropa, seperti di lorong di Jogjakarta atau Batavia untuk lorong pelarian raja,” tandasnya.(don/c)