25 radar bogor

Memperhatikan Berat Badan Buah Hati Pantau sejak Dini

YUK TIMBANG DULU: Datang ke posyandu harus jadi kegiatan rutin untuk tahu tumbuh kembang anak.

SAYANGNYA masih banyak orang tua yang belum memahami bahwa dalam masa pertumbuhan, anak rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan, salah satunya adalah berat badan kurang (underweight). Ini terlihat dari

data tingkat prevalensi underweight masyarakat Indonesia yang cenderung naik. Angkanya dari 18,4 persen di tahun 2007 menjadi 19,6 persen pada 2013. Ibu harus termotivasi untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur dan berkonsultasi kepada tenaga kesehatan.

Dokter spesialis konsultan tumbuh kembang– pediatri sosial, Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K), menjelaskan, para ibu perlu waspada terhadap masalah berat badan kurang yang dapat terjadi pada anak. ”Berat badan kurang merupakan salah satu permasalahan pertumbuhan yang mengacu terhadap berat badan dan umur, sehingga anak dapat terindikasi berat badan kurang jika berat badannya di bawah rata–rata anak seusianya dengan mengacu pada kurva pertumbuhan Badan Kesehatan Dunia (WHO),” kata pria yang akrab disapa Wawan dalam bincang bersama Nutricia dan Sari Husada, Rabu (26/4).

Menurut Wawan, anak yang mengalami berat badan kurang berisiko mengalami masalah tumbuh kembang, baik perkembangan otak, pertumbuhan fisik, hingga organ metabolik yang berdampak bagi masa depannya.

Wawan meminta para ibu melakukan pemantauan sejak dini untuk memastikan anak tumbuh optimal sesuai tahapan tumbuh kembangnya. ”Mengingat bahwa gangguan tumbuh kembang yang muncul karena berat badan kurang dapat memengaruhi kualitas hidup anak dan pada akhirnya mengancam masa depannya,” tegasnya.

Kesimpulannya, anak dengan gizi atau berat badan kurang akan mengganggu pertumbuhan di masa depannya. Tak hanya itu, masalah gizi lebih atau obesitas juga menjadi masalah bagi anak. ”Yang bagus itu yang balance, seimbang. Yang sedang-sedang saja, jangan terlalu gemuk atau terlalu kurus,” tuturnya.(cr1/JPG)