25 radar bogor

Pengabdian Terakhir Waway Munawaroh sebagai Guru (1) Sempat Bercanda di saat Kritis

 

Wafatnya guru SMP Al Falah Cigudeg, Waway Munawaroh (58), masih meninggalkan duka mendalam. Kesedihan juga dirasakan selu- ruh tetangga di sekitar rumah almarhumah. Karena, Waway dikenal sebagai pribadi yang ramah dan mudah bergaul. Wafatnya guru SMP Al Falah Cigudeg, Waway Munawaroh (58), masih meninggalkan duka mendalam. Kesedihan juga dirasakan selu- ruh tetangga di sekitar rumah almarhumah. Karena, Waway dikenal sebagai pribadi yang ramah dan mudah bergaul.

Suasana duka masih menye­ limuti kediaman almarhumah Waway di Kampung Toge RT 01/06, Desa Mekarjaya, Kecama­ tan Cigudeg, akhir pekan lalu. Anak­anak almarhumah dan kerabat masih tak percaya kehi­ langan sosok Waway yang dikenal ramah dan sering bercanda tersebut.

Kesedihan mendalam sangat dirasakan Dodo (30), putra perta­ ma korban yang tewas kehabisan darah usai kakinya tergilas truk tronton, Kamis (4/5) pekan lalu tersebut. Dodo menceritakan, malam hari sebelum kecelakaan, sang bunda berpesan kepada anak keduanya, Ibni Mashud (21), untuk menjaga adiknya, Ahmad Anas (19), yang kuliah di Akademi Perawat Fatmawati dan si bungsu Aulia Reihan (4,5). Serta meminta untuk merawat suaminya, Lili Ardabili (50). ”Sebelum berangkat mengawas UNBK, ibu mencuci dulu di kali sama adik saya, Badriah (12). Setelah itu bersiap ke SMPN 02 Cigudeg pukul 09.30 WIB,” ujarnya kepada Radar Bogor saat ditemui di rumah duka.

Dodo juga mengaku memiliki perasaan yang berbeda. Ia merasa malas dan berat untuk ke kamar mandi dan mengawas UNBK. Namun, ia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Menurutnya, ada yang aneh dari Waway. “Saya pergi dulu buat isi bensin di SPBU. Saat kembali ke rumah, ibu nunggu di pinggir jalan. Biasanya duduk di bangku depan rumah,” tuturnya sambil menahan tangis.

Tanpa berpikiran aneh, Dodo bersama Waway melanjutkan perjalanan menuju SMPN 02 Cigudeg untuk mengawas UNBK. Setibanya di lokasi kejadian, Kampung Pasir Sereh RT 2/3, Desa Rengasjajar, Kecamatan Cigudeg, pukul 10.00 WIB, truk tronton sudah menghalangi jalan karena sedang berbicara dengan temannya. Melihat itu, ia langsung berhenti sejenak, lalu ada satu sepeda motor menyalip melalui jalur kiri. Hal itu diikuti Dodo. “Kami terpeleset jatuh ke tengah. Saya mau nolong ibu, truk tronton malah jalan. Padahal saya sudah teriak nyuruh sopir berhenti,” lirihnya.

Karena tronton tak berhenti, kedua kaki Waway pun terlindas ban truk sebelah kiri. Setelah terlindas, truk berhenti tepat di atas kaki ibunya dan sopir keluar mobil. Ia langsung menyuruh sopir untuk memajukan truk karena ibunya terjepit dan tidak bisa ditolong untuk dikeluarkan dari kolong kendaraan tersebut. ”Posisi badan ibu itu di dalam kolong mobil truk dan kakinya di luar. Setelah saya tarik ibu, kebetulan ada mobil bak lewat. Saya langsung minta tolong dan menaikkan ibu saya ke mobil tersebut,” lirihnya.  Setelah itu, ibunya langsung dilarikan ke Puskesmas Cigudeg untuk mendapat pertolongan medis. Setelah mendapat pertolongan pertama, Waway langsung dirujuk ke Rumah Sakit PMI Kota Bogor menggunakan ambulans Puskesmas Cigudeg. ”Ibu masih sadar. Dia cuma mengeluh sakit perut karena belum sarapan,” imbuhnya.

Di daerah Leuwisadeng, Dodo berhenti untuk membelikan air dan roti untuk ibunya makan. Setelah itu, sepanjang jalan ibunya masih bercakap dan bercanda dengannya juga sang adik, Ibni. ”Dibecandain juga sama perawat di mobil, katanya kakinya harus diamputasi. Ibu pun menjawab dengan santai, yaudah amputasi aja gak apa­ apa,” ucapnya sambil menetes­ kan air mata.

Waway bahkan sempat me­ ngajaknya bercanda dengan pura­pura tak sadarkan diri. Saat tubuhnya di sentuh dan digoyang­goyangkan, tiba­tiba dia mengagetkannya dan tertawa. ”Saya boro­boro bisa ketawa, saya gak sanggup liat ibu saya,” katanya.

Setelah kurang lebih tiga jam di perjalanan, akhirnya ia sampai di Rumah Sakit PMI dan langsung membawa ibunya ke ruang IGD. Namun Waway tidak bisa langsung ditangani karena harus ada persetujuan berupa tanda tangan dari suami. ”Kebetulan ayah sedang di jalan menuju PMI menggunakan motor,” tandasnya. Saat ibunya diperiksa di IGD, ia menunggu di luar ruangan bersama adik dan ayahnya. Tak lama, tepat pukul 14.00 WIB Waway mengembuskan napas terakhirnya.

Namun ia sudah memiliki firasat bahwa ibunya sudah mangkat pukul 13.30 WIB. ”Ibu meninggal karena kehabisan darah. Karena saat sampai di Dramaga ibu sudah pucat, kedinginan, dan menggigil,” bebernya.(*/c)