25 radar bogor

12 Hari Telantar di Bandara

NESTAPA: Salah seorang calon jamaah Hannien Tour duduk termenung di lantai ruko kantor biro perjalanan umrah tersebut di Cibinong, kemarin (4/5). ARIFAL/RADAR BOGOR

Habis sudah kesabaran 54 calon jamaah umrah (CJU) PT Utsmaniyah Hannien Tour. Mereka dibuat luntang-lantung selama 12 hari di hotel kawasan Bandara Soekarno-Hatta, tanpa kepastian berangkat.

PARA calon jamaah asal Tasikmalaya itu kemarin (4/5) menggeruduk kantor biro perjalanan umrah dan Haji Plus, yang berlokasi di kompleks ruko Cibinong City Centre, Cibinong, Kabupaten Bogor.

Di atas bus, dalam perjalanan dari Bandara Soetta mendekati kawasan Cibinong, 54 jamaah itu sepakat mengenakan seragam batik dari PT Utsmaniyah Hannien Tour. Sekitar pukul 16.00 WIB, bus tiba di kawasan Cibinong City Centre. Saat turun dari kendaraan pun, para jamaah kompak beriringan sembari menenteng koper masing-masing. “Biar pada tahu, ini bentuk protes,” tutur salah satu jamaah, Sobar RM (60), kepada Radar Bogor di ruko milik PT Utsmaniyah Hannien Tour, di bilangan Tegar Beriman tersebut.

Protes itu bukan tanpa alasan. Kata Sobar, mayoritas calon jamaah di rombongannya sudah menyetor duit hingga Rp26 juta kepada Hannien Tour. Setelah sampai di Jakarta pun, calon jamaah masih kembali dimintai duit iuran sebesar Rp1 juta.

“Itu sudah kelas gold. Tapi faktanya, (jadwal keberangkatan, red) mudur terus. Dari Februari mundur lagi. Maret, mundur lagi. April pun demikian,” kata Sobar.

Puncaknya, pada hari yang dijanjikan terakhir yakni 27 April, rombongan datang ke Jakarta. Namun setelah tiba di bandara, pihak Hannien Tour kembali menunda keberangkatan mereka.

“Kami ditampung di Hotel Kyriad, di Tangerang City. Dua belas hari kami di sana, sampai 4 Mei, tak juga ada kabar. Sudah, kami ke sini. Ternyata ini bodong semua,” kesalnya.

Sekarang, kata Sobar, setelah digeruduk pun, pihak Hannien Tour lagi-lagi hanya bisa berjanji. Namun, kali ini bentuknya lebih opsional. Calon jamaah boleh memilih untuk tetap berangkat pada 18 Mei, atau tidak ikut dengan kompensasi biaya dikembalikan utuh. “Kami dikasih dua hari buat mikir. Kami berharap pihak berwajib mengawal kasus ini,” ungkap jamaah yang berprofesi sebagai dokter tersebut.

Setelah berdiskusi panjang dengan pihak Hannien Tour, para jamaah akhirnya meninggalkan kawasan Cibinong sekitar pukul 23.30 WIB. Sempat terdengar celoteh kekecewaan dari para calon jamaah saat hendak pulang. Mereka terpaksa iuran menyewa bus untuk pulang, karena Hannien Tour tidak menyediakan akomodasi itu. “Katanya tanggung jawab! Ini pakai uang kami juga untuk pulang,” kesal Sobar.

Di bagian lain, Kementerian Agama (Kemenag) kini sedang mengusut kasus umrah yang membelit BPW Ustmaniyah Hannien Tour ini. Pasalnya, ada 1.500 jamaah umrah Hannien yang sampai saat ini belum jelas kapan diberangkatkan ke tanah suci.

Direktur Umrah dan Haji Khusus Kemenag Muhajirin Yanis mengatakan, awalnya ada 5.000 jamaah umrah tarif promo Hannien Tour yang terkatung- katung nasibnya. Dalam perkembangannya, tersisa sekitar 1.500 jamaah yang sampai sekarang belum pasti berangkat ke Arab Saudi.

Hannien Tour memasang tarif promo umrah sekitar Rp15 juta per jamaah. Masalah muncul karena jumlah jamaah promo melebihi kuota. ”Sehingga mengakibatkan cash flow perusahaan tidak seimbang,’’ kata Muhajirin.

Pengelola Hannien Tour memenuhi panggilan Kemenag pada 28 April. Mereka segera melayangkan data jamaah umrah yang belum bisa diberangkatkan. Selain itu, pihak travel juga menjadwal ulang keberangkatan pada Mei, Oktober, November, dan Desember 2017. Selain itu, mereka siap mengembalikan uang jamaah 100 persen bagi yang ingin refund.

Menurutnya, secara bisnis, biaya yang sudah masuk tetap menjadi perhitungan. Dengan kondisi seperti ini, kata dia, bukan berarti tempat penginapan dapat dinego dan harga tiket pesawat juga tetap tidak pernah berubah.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Utsmaniyah Hannien Tour, Farid Rosyidin mengatakan bahwa permasalahan di 2017 muncul ketika pihaknya berencana memberangkatkan 5.000 jamaah. Sejauh ini, yang sudah berangkat sebanyak 75 persen atau sekitar 1.500 orang. Sementara sisa calon jamaah berjumlah 1.500 yang belum berangkat, mengalami kendala. “Sudah dijelaskan dalam rapat, pada penjualan tahun lalu komposisi harga, baik promo dan nonpromo, yang seharusnya porsinya ideal 20 berbanding 80. Fakanya terbalik, tetapi kami tetap maksimal untuk menyelesai- kannya,” kata Farid kepada Radar Bogor beberapa waktu lalu.

Pada pertengahan April lalu, ratusan calon jamaah Hannien Tour asal Bogor menggelar aksi demo di aula Masjid Baitul Faizin, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Mereka mendesak pemerintah daerah dan aparat penegak hukum turun tangan untuk menyelesaikan sengkarut di biro perjalanan umrah tersebut. “Banyak yang mendaftar ke travel umrah karena menjanjikan harga promo, tetapi setelah dilakukan pelunasan pembayaran, kewajiban mereka tidak dipenuhi. Tidak ada realisasi untuk berangkat umrah,” ujar salah satu CJU, Hurriyaturohman kepada Radar Bogor.

Dia pun menyesalkan kejadian tersebut. Terlebih terdapat ribuan jamaah lain yang juga menunggu kepastian pemberangkatan umrah. “Berbagai varian promo dengan harga berbeda ada juga yang bayar Rp28 juta dan Rp26 juta. Saya saat itu mendapatkan promo dengan membayar Rp17 juta,” tukasnya saat itu.

Pengamat haji dari UIN Syarif Hidayatullah, Dadi Darmadi, mendesak Kemenag tegas menjalankan sistem pengawasan umrah. Khususnya program 5 Pasti yang digagas beberapa tahun lalu. Yakni, pasti legalitas travelnya, jadwal keberangkatan, maskapai penerbangan, hotel, dan visa. ’’Sekarang mulai banyak penyimpangan. Apalagi animo masyarakat untuk umrah semakin besar,’’ katanya.

Dadi mendukung penerapan standar pelayanan minimal umrah. Menurutnya, tarif umrah sekitar Rp15 juta terbilang tidak wajar. Yang wajar ada pada kisaran Rp22 juta. ’’Korban tarif umrah promo ini cukup banyak. Tetapi, masih saja laku di masyarakat,’’ katanya.

Kemenag harus tegas menjatuhkan sanksi untuk para travel nakal. Kemudian, menge- depankan sosialisasi umrah aman sebagai pencegahan. Kasus serupa menimpa jamaah First Travel. Hampir seluruh korbannya adalah jamaah yang mendaftar paket promo pada kisaran Rp 14,5 juta. (don/ded/jpg/d)