25 radar bogor

Waduh! Ratusan Anak di Jabar Masuk RS Jiwa Karena Kecanduan Ponsel

SUSAH LEPAS DARI GADGET: Penggunaan gawai oleh pelajar di kelas ternyata cukup tinggi. Survei Hewlett-Packard (HP) dan Universitas Paramadina mendapati 85 persen pelajar diam-diam menggunakan ponsel saat di kelas. NET
SUSAH LEPAS DARI GADGET: Penggunaan gawai oleh pelajar di kelas ternyata cukup tinggi. Survei Hewlett-Packard (HP) dan Universitas Paramadina mendapati 85 persen pelajar diam-diam menggunakan ponsel saat di kelas. NET

JAKARTA-RADAR BOGOR,Rumah Sakit Jiwa Cisarua Provinsi Jawa Barat dalam sebulan rata-rata menangani 11 hingga 12 pasien anak dengan rentang usia 7-15 tahun. Dan total saat ini ada ratusan anak yang ditangani. Mereka disebut mengalami kecanduan ponsel.

Terkait hal itu, Psikologi jebolan Universitas Indonesia, Fitriani F Syahrul menilai, anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) seharusnya tidak diberikan gadget terlebih dahulu. Selain belum bisa membatasi yang baik dan buruk, tentu dapat mengurangi aktivitas mereka di luar bersama teman-temannya.

“Orang tua faktor utama dari kecanduan gadget terhadap anak. Banyak orang tua saat ini mengambil jalan instan agar anaknya tidak rewel. Padahal gadget itu sudah mirip narkoba, bisa bikin kecanduan,” ungkap Pendiri Lentera Insan Child Development and Education Center Kota Depok ini.

Fitri mengatakan, banyak kejadian anak agar anak anteng orang tuanya memberikan gadget untuk menonton youtube. Ia menilai hal tersebut sangat keliru, karena itu awal mula anak menjadi kecanduan. Fitri tidak setuju jika anak SD sudah diberikan gadget. Namun, bagi siswa SMP setidaknya orang tua memberikan batasan dan mengawasinya.

“Jika gadget selalu ada di tangan anak setiap saat, maka orang tua harus segera ambil langkah. Misalnya membuat kegiatan bermanfaat, sesuai minat dan bakat yang dimiliki anak,” tutur perempuan yang menjabat sebagai Dosen di Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al-Alzhar Indonesia.

Jika anak sudah kecanduan gadget lanjut Fitri, dapat menimbulkan dampak sosial seperti kurangnya komunikasi dengan orang tua dan teman sebayanya. Dan bisa menimbulkan diabetes karena kurangnya gerak. Para orang tua harus lebih bijak dalam memberikan gadget pada anak.

“Batasi penggunaan gadget, dua jam dalam sehari di bawah pengawasan orang tua. Agar tidak ada lagi anak-anak yang mengalami gangguan kejiwaan akibat kecanduan gadget,” tegas Fitriani.

Terpisah, Sub Spesialis Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, dr. Lina Budiyanti mengatakan, ada sebelas gejala bagi anak yang mengalami kecanduan gadget dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V. Di antaranya bisa dikenali dari perilaku sehari-hari.

“Anak main game untuk melarikan diri dari ketidaknyamanan. Kemudian yang kedua jam pemakaian game sudah tidak proporsional,” ujar Lina kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Lina mengatakan, jam yang dianjurkan tidak lebih dari dua jam. Ciri-ciri anak yang kecanduan biasanya memainkan gadget lebih dari enam jam perhari. “Kemudian dia harus sampai berbohong untuk bisa pakai game itu. Kalau tidak main game membuat dia cemas, cemas itu karena tidak bermain game atau game yang membuatnya cemas, seperti lingkaran setan,” katanya.

Ia pun menganjurkan orang tua segera memeriksakan kesehatan mental anaknya ke psikiater jika menemukan gejala dini tersebut. “Pasien yang kecanduan bermain game itu, lebih mementingkan game-nya dari pada melakukan hal postif lainnya. Kalau anak-anak kan harusnya belajar tapi itu diabaikan,” ujarnya.

“Agar mereka bisa lepas dari main game itu waktunya minimal tiga bulan. Itu merupakan terapi perilakunya untuk memutus paparan main game-nya,” ujar Lina melanjutkan.

Anak mengamuk atau menangis ketika diambil paksa gadget yang dipegangnya, ujar Lina, hal tersebut juga menjadi pertanda bahwa anak sudah mulai kecanduan.

“Tidak hanya spesifik kecanduan game, ada juga karena YouTube. Ada remaja yang menonton YouTube seharian hingga muncul gejala psikologis,” tutupnya. (rd/dtc)