25 radar bogor

Tim DVI Cegah Kesimpangsiuran Data

Nelvi/Radar Bogor. TUNJUKKAN: Petugas DVI Polri menunjukkan platform Data dan Informasi Disaster Victim Identification (DI-DVI) di Hotel Swisbell Hotel Bogor, Selasa (10/9).
Nelvi/Radar Bogor.
TUNJUKKAN: Petugas DVI Polri menunjukkan platform Data dan Informasi Disaster Victim Identification (DI-DVI) di Hotel Swisbell Hotel Bogor, Selasa (10/9).

BOGOR–RADAR BOGOR,Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri memiliki peran penting untuk mengidentifikasi korban meninggal dalam suatu peristiwa. Terobosan pun dilakukan dalam hal proses identifikasi dengan mengembangkan sistem data dan informasi. Pengembangan sistem data dan informasi dilakukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran data saat hasil identifikasi digunakan oleh instansi terkait.

Kabid DVI Pusdokkes Mabes Polri, Komisaris Besar Lisda Cancer mengatakan, data menjadi hal yang krusial bagi operasi tim DVI Polri ketika menghadapi suatu peristiwa, khususnya yang berkaitan dengan jumlah korban banyak.

“Perbedaan data jumlah korban meninggal yang dirilis tiap-tiap instansi disebabkan belum adanya platform untuk pelaporan orang meninggal. Apalagi kalau korbannya banyak, itu banyak sekali instansi mengeluarkan data. Nah ini kadang-kadang datanya tidak sama,” kata Lisda.

Semisalnya, Lisda memberi contoh, instansi A mengeluarkan data jumlah korban meninggal 1.000 orang, sedangkan instansi B 1.500 orang. Hal ini tentunya akan menimbulkan pertanyaan di masyarakat. “Pertanyaannya kenapa tidak sama, padahal masyarakat juga kan ingin tahu,” kata Lisda saat peluncu­ran platform Data dan Informasi Disaster Victim Identification (DI-DVI), di Swiss Bell Hotel, kemarin (10/9).

Lisda menjelaskan, mekanis­me kerja dari sistem data itu adalah satu pintu. Artinya, Polri bertugas mengolah data korban dalam suatu kejadian yang nantinya bisa digunakan oleh siapa saja. Ia menambahkan, saat ini masyarakat sudah bisa mengakses data tersebut melalui website dvi-indonesia.polri.go.id. “Data ini bisa diakses siapa saja, sifatnya realtime. Ini sudah bisa diaplikasikan,” kata Lisda.

Dia menambahkan, semua data yang telah diolah tim DVI sudah terhubung dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kesehatan, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil).

“Jadi kami ini ngolah data mentahnya, artinya kalau ada orang meninggalnya 100 ya 100 data. Nanti data matangnya ini yang akan diambil oleh BNPB, Kementerian Kesehatan. Sedangkan Disdukcapil ini berhubungan dengan data ante­mortem (sebelum meni­nggal)-nya,” tandasnya.(wil/c)