25 radar bogor

Siswa SMP di Cijeruk Belajar di Tenda, Ade Yasin: Saya Ingin Pastikan Status Sekolahnya

Siswa siswi SMP Terbuka 911 Cijeruk, terpaksa belajar di tenda.

CIJERUK-RADAR BOGOR, Bupati Bogor, Ade Yasin menyoroti kondisi proses belajar mengajar SMP Terbuka 911 Cijeruk. Pasalnya, siswa siswinya terpaksa belajar di tenda terpal sobek.

Politisi PPP itu pun bakal mengecek data-data terkait sekolah tersebut. “Besok (hari ini, red) kita akan cek,” ujar Ade Yasin disela kunjunganya ke Graha Pena Radar Bogor, Jumat (30/8).

Bupati bakal berkordinasi dengan SKPD terkait terlebih dahulu termasuk Camat Cijeruk. “Saya ingin pastikan status sekolahnya memang kelas jauh atau bagaimana,” ucapnya.

Tak hanya siswa SMP yang merasakan penderitaan, Kepala SMP Terbuka 911 Cijeruk, Cucu Sumiati, juga mengalami hal sama. Terkadang untuk bisa melanjutkan proses belajar mengajar, ia harus mengikhlaskan gajinya.

Bahkan, tak jarang ibu dua anak itu rela mencari donatur untuk memenuhi kebutuhan alat tulis sekolah. Selama ini, SMP Terbuka Cijeruk memang mendapatkan bantuan alat tulis sekolah dari sekolah induk, yakni SMPN 1 Cijeruk.

Tetapi, jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan yang digunakan. “Dikasih sama sekolah induk. Namun tidak memenuhi. Terkadang dari honor saya (membeli alat tulis sekolah, red) buat menutupinya,” kata Cucu.

Honor yang diberikan selama ini pun tak hanya sebatas untuk memenuhi alat tulis sekolah. Terkadang uang yang diberikan per tiga bulan sekali itu ia be­likan seragam dan buku untuk para siswa-siswi dari kalangan tidak mampu. “Kalau (uang honor, red) tidak mencukupi, saya mencari donatur yang ikhlas memberikan bantuan untuk mereka,” ucapnya.

Cucu Sumiati sendiri saat ini menjadi tulang punggung keluarga, setelah suaminya meninggal dunia. Perempuan lulusan SMK itu harus men­ghidupi kedua anaknya yang masih kuliah dan SMP.

Mencari pekerjaan sampingan jadi alternatif yang ia jalani, salah satunya mengurus ad­ministrasi warga sekitar. “Mau dari mana lagi. Insya Allah berkah. Buktinya saya bisa hidup sama anak-anak (sam­pai saat ini, red),” imbuhnya.

Sebagai tenaga honorer, Cucu Sumiati digaji pemerintah per bulan Rp520 ribu. Jumlah itu sebenarnya untuk dua tenaga honorer, ia dan suaminya. Namun, pemerintah hingga kini tetap memberikan nilai yang sama.

Sebelumnya, puluhan siswa SMP Terbuka 911 Cijeruk, terpaksa belajar di tenda lantaran tak memiliki lahan bangunan sekolah. Kondisi tersebut berlangsung selama delapan tahun.

Para siswa terpaksa belajar di tenda beratapkan terpal sobek di halaman depan dan belakang rumah milik seorang guru. Sekolah yang didirikan Kepala SMK Terbuka 1 Cijeruk Cucu Sumiati bersama mendiang sua­minya itu tidak mempunyai lahan dan bangunan.(ded)