25 radar bogor

Manfaat Bioinformatika: Mulai Deteksi Penyakit hingga Identifikasi Jenazah

BOGOR-RADAR BOGOR,Working Group Bioinformatika dan Bagian Kecerdasan Komputasional dan Optimasi (Computational Intelligence and Optimization/CIO), Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menggelar “Bioinformatics Seminar Series 6” di Gedung Pascasarjana Ilmu Komputer, Kampus Dramaga, Bogor (22/8). Dalam seminar ini terungkap bahwa ilmu bioinformatika dapat digunakan untuk mendeteksi kandidat protein-protein yang jika fungsinya terganggu dapat menimbulkan penyakit diabetes tipe 2. Selain itu bioinformatika juga dapat digunakan untuk identifikasi jenazah, seperti korban bencana.

Seminar ini bertujuan untuk memberikan wacana baru bagi ahli-ahli komputasi mengenai bioinformatika. Bioinformatika sendiri merupakan penerapan teknologi informasi pada bidang biologi terutama menyangkut informasi genetis (DNA, RNA dan protein). Bidang ini mencakup metode-metode matematika, statistika dan informatika untuk memecahkan masalah biologis, terutama dengan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Bioinformatika banyak digunakan dalam penelitian biologi untuk kepentingan kesehatan atau industri serta analisis forensik yang membutuhkan analisis data biologis.

Seminar ini menghadirkan dua dosen IPB University yakni Dr. Eng. Annisa, S.Kom, M.Kom dan Dr. Maria Susan Saragih, S.Kom, M.Kom sebagai narasumber. Dalam paparannya Dr Annisa menjelaskan risetnya tentang “Skyline Query untuk Aplikasi Bioinformatika”.

Riset ini berkaitan tentang aplikasi bioinformatika dalam penentuan protein signifikan atau protein dominan dalam jejaring interaksi protein yang menyebabkan penyakit pada tubuh manusia. Skyline Query merupakan aplikasi bioinformatika yang menentukan protein signifikan dalam suatu penyakit dengan menentukan objek protein yang mendominasi pada jejaring interaksi protein.

“Kami melakukan riset terkait jejaring protein pada penyakit diabetes mellitus tipe 2. Metode k-dominant skyline digunakan untuk riset pencarian protein signifikan pada penyakit tersebut. Hasilnya ada empat belas protein berhasil diverifikasi dan dianalisis lebih lanjut berdasarkan referensi sebelumnya. Keempat belas protein tersebut berperan penting dalam regulasi glukosa dalam darah, sehingga gangguan pada jejaring protein menjadi pemicu diabetes mellitus tipe 2,” papar Dr Annisa dalam seminarnya.

Sementara itu Dr Maria Susan memaparkan materi “Logika Fuzzy untuk Aplikasi Bioinformatika”. Metode ini digunakan untuk menganalisis dan menentukan kekerabatan atau keluarga atau saudara korban-korban bencana alam yang jasadnya tidak dapat diidentifikasi secara fisik. Banyaknya kasus bencana alam di Indonesia dan korban yang tidak teridentifikasi jasadnya membutuhkan metode bioinformatika forensik yang tepat.

Logika Fuzzy ini dapat digunakan untuk analisis forensik DNA korban bencana yang sudah terdegradasi. Prosesnya keluarga melapor kehilangan, diambil basis data dari berbagai korban, lalu dicocokkan dan ditentukan similarity-nya. Selanjutnya dicari ranking profil individu yang paling mirip sehingga dapat ditentukan identitas DNA korban.

“Kami melihat ada permasalahan lain dalam penentuan identifikasi jasad yang sudah hancur yaitu bagaimana jika tidak ada profil DNA dari orang tua atau saudara korban, seperti pelaku bom bunuh diri misalnya. Untuk itu logika Fuzzy ini menggunakan analisis berdasarkan kedekatan kesukuan data jasad yang dianalisis. Dengan demikian akan membantu kemudahan identifikasi selanjutnya,” ujar Dr Maria Susan.(Husna/Zul)