25 radar bogor

Wakil Walikota: Saya Harap Tidak Ada Lagi Cap Bogor Kota Intoleran

Wakil Walikota Bogor dalam diskusi kebangsaan yang diadakan Yayasan Ana Muslim Sunni Syafi'i (YAMSYI)
Wakil Walikota Bogor dalam diskusi kebangsaan yang diadakan Yayasan Ana Muslim Sunni Syafi’i (YAMSYI). Arifal/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Meskipun tergolong identik dengan heterogenitas, semangat untuk menghormati perbedaan satu sama lain, terlebih dalam konteks ekspresi keagamaan di Kota Bogor masih belum nampak terlihat.

Pasalnya, predikat negatif dalam menjamin kebebasan ekspresi keagaaman masih disandang Kota Bogor.

Berdasarkan Laporan Indeks Kota Toleran Tahun 2017 yang disusun SETARA Institute, Kota Bogor menempati urutan ketiga sebagai kota paling intoleran dari 94 kotamadya yang diteliti di tanah air.

Hasil studi yang dikeluarkan medio November lalu ini menempatkan Kota Bogor menjadi kotamadya paling intoleran di bawah Jakarta dan Banda Aceh.

Hal itu menjadi salah satu bahasan dalam diskusi kebangsaan yang diadakan Yayasan Ana Muslim Sunni Syafi’i (YAMSYI) yang mengambil tema besar “Penguatan luhur Pancasila dan Nasionalisme guna menangkal Faham Intoleran”, Sabtu (24/8/2019).

Menanggapi hal itu Wakil Walikota Bogor Dedy A Rachman menuturkan, setiga negatif itu tidak sepenuhnya betul. Mengingat Kota Bogor itu salah satu kota paling toleran.

Ia mencontohkan di Kota Bogor masih ada pecinan. “Ini gambaran Bogor itu kota toleran,” katanya dalam sambutanya tadi pagi.

Menurutnya yang menjadikan Kota Bogio dicap intoleran karena Konflik GKI Yasmin. “Saya harap tidak ada lagi cap Bogor kota intoleran,” tukasnya. (all)