25 radar bogor

Mayit The Dark Soul, Film Bergenre Horor Suguhkan Etnik Budaya Sunda

Salah satu talent, Dicky Chandra foto bersama Karinding Sadulur saat launching dan meet and greet crews dan talent Film The Dark Soul di Bogor Icon Hotel.
Salah satu talent, Dicky Chandra foto bersama Karinding Sadulur saat launching dan meet and greet crews dan talent Film The Dark Soul di Bogor Icon Hotel.

BOGOR-RADAR BOGOR, Bisnis perfilman Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk diterima masyarakat Indonesia.

Teranyar PT TGS Transmedia Internasional tengah menggarap film perdananya bergenre horor yakni berjudul ‘Mayit : The Dark Soul’.

Sutradara Film ‘Mayit : The Dark Soul’, Brama Yudha Prawira menjelaskan, rencananya pengambilan gambar dilakukan Agustus ini dan setelah semua proses syuting selesai, hasil video yang didapatkan akan diproses dalam post production untuk menciptakan suatu hasil final di bulan September.

“Mudah-mudahan kita bisa dapat slot tayang Desember. kita sebenarnya pengen cepat, tapi kita lihat juga target pasar, gak mungkin juga kalau ada film luar besar terus kita tayang, jadi kita memang ada strategi khusus,” ujar Brama kepada Radar Bogor, saat soft launching dan meet and greet crews dan talent Film Mayit The Dark Soul, kemarin.

Menurutnya, strategi khusus perlu dilakukan agar saat masuk ke pasaran bisa benar-benar menarik perhatian dan diterima masyarakat Indonesia.

Brama menjelaskan, yang menjadi latar belakang pembuatan film horror atau tepatnya etnik horor, bukan hanya film yang menghadirkan jumpscare atau membuat orang kaget, hingga loncat dari kursinya.

“Bukan juga yang menakutkan penonton dengan sound effect, tapi lebih ke etnis. disini ada satu karakter yang namanya quin atau sosok iblis yang kita sebut dengan wringin lawang yang sudah hidup ratusan tahun di sebuah pohon besar,” ujarnya.

Queen ini akan turun dengan bahasa Sunda kuno (buhun). Hal inilah yang menjadi kekuatan dalam penggarapan film horor ini.

“Karena menggunakan sunda buhun, bagaimana merangsang penonton terutama generasi muda biar bertanya bahasa apa sih? Itu kan salah satu warisan bahasa yang bisa kita turunkan ke generasi muda saat itu,” papar Brama.

Selain itu, Film Mayit The Dark Soul, berkolaborasi bersama dengan scoring musik dari Karinding Sadulur dari Tasikmalaya, yang kental dengan bahasa Sunda-nya.

“Jadi memang sebuah film horor yang kita hadirkan dengan tema atau sajian tuntunan yang berbeda saat ini. Ada nilai-nilai edukasinya, tertuama budaya Jawa Barat,” ujar dia.

Untuk target syuting, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menjadi lokasi pembuatan film.

Salah satu talen di Film Mayit The Dark Soul, Dicky Chandra menjelaskan, yang membuatnya tertarik dalam film ini karena mengangkat soal budaya lebih banyak.

“Tidak sama sekali horor, saya paling anti main film berbau horor. Tapi ini beda, saya agak tertantang dengan masalah budaya tadi di awal,” ujarnya.

Menurutnya, dalam garapan film ini tak hanya sekadar menyajikan hantu biasa atau arwah gentayangan semata, namun di akhir film ada penyelesaiannya secara religi langsung oleh seorang kiayi.(ded)