25 radar bogor

Ingin Kerja Mandiri? Bisnis Waralaba Bisa Jadi Pilihan

POTENSIAL: Pemilik brand Co Choc, Michael Marvy Jonathan (dua dari kanan) memberikan penjelasan bisnis minuman segar di pameran International Franchise, License, and Business Concept Expo and Conference (IFRA). (Muhamad Ali/Jawa Pos)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Waralaba merupakan pilihan tepat bagi mereka yang ingin bekerja secara mandiri. Dengan modal yang tidak terlampau besar, waralaba bisa memberikan pengembalian investasi (return of investment) dalam waktu relatif cepat dibanding bidang usaha lain yang lebih rumit.

“Skema waralaba yang fleksibel dari sisi waktu dan permodalan merupakan daya tarik bagi yang mau kerja mandiri. Apalagi saat ini Kementerian Perdagangan telah memberikan fasilitas berupa sistem perizinan yang semakin mudah, cepat, dan kondusif,” ujar Ketua Kehormatan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar disela pameran International Franchise, License, and Business Concept Expo and Conference (IFRA) di JCC, Sabtu (6/7).

Salah satu usaha waralaba di bidang makanan minuman tersebut adalah Co-Choc. Belum genap dua tahun berdiri, Co Choc sudah bersiap mengelola 52 outlet di sejumlah kota di Indonesia. Peningkatan pesat itu terjadi karena pola bisnis franchise yang diterapkan sederhana, terjangkau, dan profit yang menarik.

“Kenapa bisnis kami begitu cepat berkembang? Karena kami memiliki produk unik, harga kompetitif, dan kemitraan yang sederhana dengan investasi ringan,” ujar Michael Marvy Jonathan, salah satu petinggi grup Mitra Boga Ventura (MBV), pemilik brand Co Choc di sela-sela pameran waralaba IFRA 2019 yang digelar 5-7 Juli itu.

Maklum, MBV bukanlah nama baru di bisnis makanan minuman. Sebelumnya MBV juga telah menghadirkan brand Bakso Kemon. Menurut Marvy, Co Choc berasal dari Bandung dan didirikan pada 28 maret 2018. Saat ini cochoc sudah memiliki 22 outlet yang beroperasi di Bandung, Cimahi, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Medan, Padang, Makassar, Surabaya, dan Jogjakarta.

Dalam tiga bulan ke depan, ada 30 outlet Co Choc terbaru yang akan dibuka di Bandung (7 outlet), Jabodetabek (12 outlet), Medan (4 outlet), Jogjakarta (1 outlet), Surabaya (3 outlet), dan Padang (3 outlet). Produk unggulan Co Choc adalah variasi minuman cokelat dengan dasar ganache (teknik memasak cokelat dari Prancis).“Co Choc adalah brand asli Indonesia yang merupakan pelopor minuman chocolate ganache,” lanjut Marvy.

Ada perbedaan yang kental antara minuman cokelat di pasaran dengan minuman Co Choc. Minuman cokelat di pasaran dibuat secara sederhana, yakni bubuk cokelat dicampur cairan. Sedangkan di Co Choc, minuman cokelat disajikan dengan teknik ganache yakni cokelat diolah menjadi pasta. Pasta cokelat ini dicampur susu dan dihidangkan dalam kondisi dingin atau panas.

Marvy menambahkan, bahan baku cokelat itu berasal dari Jawa, Sumatera, dan Sulawesi sehingga Co Choc menghadirkan kekayaan cita rasa cokelat asli Indonesia. “Kami bekerja sama dengan petani cokelat dari berbagai daerah di Indonesia untuk mendapatkan biji kakao terbaik untuk menciptakan racikan minuman cokelat yang menggugah selera. Harganya kompetitif antara Rp 15.000 hingga termahal Rp 19.000,” sebutnya.

Menurut Marvy, animo mitra untuk bekerja sama dengan BMV membuka waralaba gerai Co Choc sangat tinggi karena kemitraan yang sederhana dan terjangkau. Ia mencontohkan, cukup dengan investasi awal Rp 95 juta, mitra bisa langsung membuka usaha dengan estimasi net profit Rp 13,5 juta per bulan.

“Dengan proyeksi penjualan rata-rata 100 gelas per hari dengan harga Rp 18.000 per gelas, berarti potensi pendapatan sebesar Rp 1,8 juta per hari atau sekitar Rp 54 juta per bulan. Estimasi net profit sebesar 25 persen setelah pemotongan royalti 5 persen, sehingga mitra memperoleh Rp 13,5 juta,” rincinya.

Berdasarkan pengalaman 22 outlet yang sudah buka, break even point (BEP) tiap outlet sekitar 5-7 bulan. Namun, ada beberapa outlet yang sudah BEP di bulan pertama. Untuk investasi awal, para mitra cukup membayar fee kemitraan sebesar Rp 50 juta untuk tiga tahun, lalu pembelian peralatan dan bahan baku awal Rp 15 juta, dan pembuatan booth sebesar Rp 30 juta, sehingga total Rp 95 juta. (JPG/magang-ulfah)