25 radar bogor

AYPI Gelar Halal Bi Halal Disertai Pleno Kedua

BOGOR-RADAR BOGOR, Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) yang resmi dideklarasikan pada 4 Mei 2019 menggelar acara Halal Bil Halal sekaligus Pleno ke-2 di sekretariat AYPI, Sekolah Islam Terpadu (SIT) Fajar Hidayah, Kota Wisata, Gunung Putri, Bogor, Sabtu, (22/6/20019).

Acara yang dikemas sederhana namun penuh keakraban itu, berlangsung pukul 10.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

Rangkaian acara diawali Seminar dengan tajuk ‘’Strategi AYPI ke Depan’’ yang mendaulat Prof. Dr. Elfindri, SE. MA, yang juga sebagai Ketua Dewan Pengawas AYPI sebagai narasumber.

Hadir pula Ketua Dewan Penasihat AYPI, Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph D., jajaran pengurus pusat AYPI; Ketua Umum Mirdas Eka Yora, Ketua Dewan Pembina AYPI, H.E.Afrizal Sinaro yang juga sebagai Direktur Penerbit Almawardi Prima, Hj. Draga Rangkuti Anggota Dewan Pembina AYPI, Ketua DPW AYPI Banten, Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan baru bergabung Ust Muhammad Fauzi dari Ikatan Muslim Malaysia (ISMA) serta pengurus Yayasan Islam anggota AYPI se-Jabodetabek.

Prof Dr Fasli Jalal, PhD., yang mengikuti Rapat Pleno ke-2 AYPI menegaskan, kehadiran AYPI yang baru dua bulan ini harus benar-benar bersinergi dan memberi langkah nyata bagi kemajuan pendidikan Islam.

‘’Pertama, Alhamdulillah AYPI sudah melangkah lebih jauh. Ini sebuah tujuan yang mulia memajukan pendidikan Islam yang saat ini selalu terpinggirkan, dan terbelakang,’’ tegas Fasli Jalal seperti dalam rilis yang diterima Radar Bogor, Ahad (23/6/2019).

Mantan Wakil Menteri Pendidikan Kabinet Indonesia Kerja Jilid II pada era Presiden SBY ini tak menampik ada satu, dua, lembaga pendidikan Islam yang maju tapi sangat disayangkan dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar tentu ini sangat memprihatinkan karena tidak menjadi penentu kebijakan.

‘’Kalau kita lihat populasinya baik populasi umat muslim maupun pejuang-pejuang di pendidikan Islam tapi tidak sempat menyeruak, memberi pengaruh apalagi menjadi leader di dalam kebijakan pendidikan di bangsa ini yang mayoritas Islam,” terangnya.

Kedua, kata suami Dr. Gusnawirta Taib, umat Islam paling mudah membentuk perkumpulan, namun ujung-ujung bubar di tengah jalan.

‘’Kita ini mudah membuat ini, itu, tapi biasanya kalau sudah mulai berjalan timbul bermacam-macam masalah. Jadi trust building ini penting sekali,’’ tegasnya.

Untuk itu, ayah tiga anak ini berpesan agar sejumlah orang yang jadi pionir harus punya daya tahan untuk menerima kritik dari dalam apalagi dari luar yang sengaja menggerogoti nantinya.

‘’Itu yang die hard nya harus ada. Karena itulah yang nantinya menjaga visi-misi ini maupun benturannya macam-macam dan tidak jarang juga teman-teman kita yang di internal yang dipakai untuk membuat ini tidak terjadi. Dan cara untuk melawannya adalah dengan membuat organisasi ini efektif dan efisien,’’ terangnya.

Masalah lain adalah sebagian besar anggota AYPI ini punya kesibukan masing-masing.

‘’Kita ini orang sibuk, mungkin sudah dipikirkan apakah bentuknya sumbangan ada satu orang di sekretariat diperbantukan tapi didedikasikannya agak khusus. Dia betul-betul menjadi simpul untuk mengurus semua pertemuan, menangkap semua notulen, web site dibuat, masukkan semua dokumentasi foto, slide materi, tapi jelas secara sitematis, setiap acara selalu diupload,’’ paparnya.

Hal lain, sambung pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, yang tak kalah penting, kalau ada teman-teman punya Whats up grup yang lain, yang relevan, dishare. Jika ada di Facebook atau Instagram jangan ragu-ragu untuk memakai semua model itu.

‘’Dan itu semua perlu orchestrator. Kalau ada bahan tertentu di blast, sehingga kalau tidak mau capek-capek menambah langsung saja ambil. Itu memudahkan komunikasi dan membuat trust building,” pungkasnya.

Fasli sangat bersyukur menjadi bagian dari AYPI. ‘’Kita bersyukur sudah punya beberapa mile stone. Juli 2019 harus sudah punya sesuatu dari buku teks yang dibuat anggota AYPI untuk referensi.

Dalam jangka panjang kita pakai buku yang ada. Kita coba nanti bicara dengan Badan Bahasa Kemendikbud, bagaimana buku-buku yang ada ini bisa diuji secara cepat sehingga keluar persetujuan mereka bahwa buku ini layak dipakai oleh dunia pendidikan Indonesia,’’ujarnya seraya menambahkan di samping memperkuat AYPI, siapa tahu sekolah-sekolah Negeri juga bisa menggunakan buku tersebut.

Agenda terdekat AYPI adalah menggelar Simposium Nasional yang bertepatan dengan Hari Guru Nasional.

‘’Kemudian kita jadikan mile stone berikutnya pada Nopember 2019 acara simposium. Jadi apakah semi panitia, kelompok kerja yang membahas masalah guru; kompetensi, pelatihan apa yang harus dilakukan, harus dibuat dari sekarang. Langsung menjadi panitia untuk menggelar simposium. Kita targetkan pesertanya 300 orang se-Indonesia bisa berkumpul berbagi kelebihannya, memberikan dan menimba sebanyak mungkin pengalaman dari dua sampai tiga hari acara simposium,’’ tuturnya.

Saat ini, menurut Fasli Jalal, yang paling menantang soal Islam selain memerlukan model pendidikan akhlak yang benar-benar bukan hanya kognitifnya saja, tetapi juga afektif dan psikomotornya.

‘’Dan itu, how to nya bisa nampak. Dan ini bukan pekerjaan besar dengan hadirnya AYPI yang didukung penuh Fajar Hidayah, Nurul Fikri, dan Yayasan Pendidikan Islam lain yang tergabung di perkumpulan ini dengan potensi yang luar biasa,’’ katanya.

‘’Tinggal bagaimana mengkonsolidasikan pengalaman ini sehingga semakin banyak, lebih cepat bisa menerima kalau ada narasumber-narasumber yang kompeten memberi motivasi kita biayai untuk ke kota mana yang lain berkumpul di sana, acara mereka dapat sesuatu, bahan materi dibagikan di website sehingga orang bisa mendownload, dan tidak ada salahnya kita memengaruhi media sosial, you tube, karena determinasinya sangat tinggi,’’ tegas pria kelahiran 1 September 1953.

Ketiga, lanjut Fasli Jalal, kalau ingin membuat bergetar di anggota AYPI dan yang masih ragu-ragu, ini perkumpulan apa lagi? Tapi setelah dia lihat beberapa langkah sudah berjalan termasuk konferensi Internasional di Malaysia yang direncanakan Februari 2020.

‘’Tiga kegiatan ini saja kita sukseskan ini sudah besar artinya untuk ke dalam yang masih ragu-ragu bergabung. Dan untuk memulai paguyuban Internasional. Sekecil apapun jumlah anggota dari beberapa negara yang akan masuk. Saran saya, let’s walk the talk. Kita jalankan apa yang kita diskusikan karena ini penting sekali. Ini kita tunjukkan juga bahwa Islam itu Rahmatan Lil Aalamin. Kita memang ingin identitasnya ada, tapi menjadi mitra yang ramah bagi siapapun,’’ tandasnya.

Ketua Dewan Pengawas AYPI, Elfindri mengatakan AYPI merupakan sebuah kekukatan baru untuk berkontribusi memajukan dunia pendidikan yang dikelola oleh yayasan Islam.

‘’Mungkin secara komprehensif AYPI mesti mampu mewujudkan equity (pemerataan, red) memepercepat itu fungsinya. AYPI juga harus berfungsi menyelesaikan akuntabilitas, penguatan mutu, termasuk juga mencari sumber-sumber pembiayaan bersama yang nanti bisa cross subsidi dibuat,’’ katanya.

Menurut pria kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, tantang saat ini bangsa Indonesia menghadapi bonus domografi.

‘’Jadi tantangan terbesar bagaimana menyelesaikan masalah bonus demografi, kemudian ketimpangan pendidikan termasuk juga trap, kita terjebak pada negara menengah ke bawah,’’ jelasnya.

AYPI, kata Guru Besar Ekonomi SDM Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat, juga bisa berfungsi disaat bersamaan ketika jumlah siswa yang berkeinginan masuk ke pendidikan tinggi minatnya semakin tinggi.

‘’Makanya, kita harus jamin anak-anak Islam yang masuk ke situ (perguruan Islam, red) juga dia bisa menunjukkan kualitasnya melebihi dari yang sekolah umum,’’katanya.

Lebih jauh pria yang lahir pada 24 Oktober 1962 ini memiliki data kondisi pendidikan Islam yang tidak memiliki kualitas yang unggul.

‘’Kita punya data yang menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Islam itu sangat tertinggal. Out putnya lebih tertinggal, out come , income nya lebih rendah. Jadi problem itu yang mesti dipecahkan oleh AYPI bersama-sama,’’pintanya.

Oleh karenanya, kata mantan Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) X yang mencakup wilayah provinsi Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi, AYPI harus memiliki tim pembagian tugas yang jelas dalam setiap bidang. ‘’Kita harus ada task team yang membenahi persoalan equity, quality, accountability, income generating,’’katanya.

Menurut Elfandri, AYPI memiliki potensi yang luar bias ajika sinergitas terbangun dengan sempurna.

‘’Ini adalah sebuah potensi yang sangat besar karena di antara sekolah Islam pun ada yang top, banyak yang guru-gurunya yang hebat. Jadi kenapa kita tidak coba gunakan, memanfaatkan secara sirkulasi dan itu bisa bermanfaat untuk yayasan Islam bersinergi,’’ tandasnya.

Sementara itu, Ketua Umum AYPI, Mirdas Eka Yora, dalam sambutan di hadapan anggota AYPI mengatakan langkah yang diambil sangat tepat.

‘’Ini adalah langkah yang sangat tepat sekali, lembaga-lembaga Islam bersinergi bersama-sama membangun sebuah kekuatan yang memiliki peran lebih besar ke depan sebagai lembaga Islam di dalam dunia pendidikan untuk perkembangan bangsa dan negara sehingga memiliki peran dan suara yang sangat kuat,’’katanya.

Lebih lanjut Ketua Yayasan Fajar Hidayah, menyambut dengan baik dan mendukung secara penuh kegiatan nyata yang dilakukan AYPI.

‘’Momentum ini, sangat berharga bagi kita bersinergi lebih kuat dan merumuskan langkah-langkah konkrit. Kita bukan bicara pada tataran konsep dan teori saja tapi ada sesuatu yang dikonkritkan.

Menurut pria kelahiran Padang, 23 Juni 1970 ini, yakin dengan konsep dalam Islam bahwa banyaknya tangan yang bergabung ini menambah berkah.

‘’Umat-umat yang lain sudah lama bergabung. Kita umat Islam perlu juga membangun kekuatan demi kemajuan umat dan bangsa yang di sana ada umat Islam.

AYPI, sambung Mirdas sudah memiliki Dewan Pimpinan Wilayah di sembilan provinsi; Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Nusa Tenggara Barat (NTB),

‘’Target AYPI dari deklarasi pertama pada 4 Mei 2019 sudah bergabung dari Malaysia, Haluan, ISMA, Singapura, Filiphina, insya Allah dari Kamboja, Vietnam, Thailand yang akan bergabung dalam waktu dekat,’’jelasnya.

Mirdas beserta jajarannya ingin membawa AYPI ini memiliki peran global dalam peningkatan mutu pendidikan Islam dengan sinergitas yang kuat.

‘’Pekerjaan kita terbentang luas bagaimana menjadikan yang tadinya berjuang sendiri-sendiri kita sekarang berjuang bersama-sama kita harus merebut besaran kue yang lebih besar ini demi kemajuan umat dan generasi Islam,’’.

Mirdas mengatakan bahwa dulunya serumpun namanya Nusantara. Kemudian berubah jadi Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam.

‘’Minimal Nusantara ini kekuatan pertama, setelah itu kita akan merangkul Timur Tengah dan target kita nanti diakui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Yang dibutuhkan cuma lima benua, kalau lima benua bisa bergabung nanti kita deklarasi di salah satu badan di PBB. Kalau yang lain bisa kenapa AYPI tidak bisa. Jadi, kita mulai dengan semangat bersama hari ini, bismillah, tahun depan insya Allah bisa. Mudah-mudahan Allah berkahi rencana kita,’’tandasnya. (*/ysp)