25 radar bogor

Kisah Hijrah Weli Tato, Pernah Jadi Pimpinan Geng

PRIA kelahiran Bogor, 43 tahun yang lalu ini lebih dikenal dengan nama Weli Tato. Maklum, hampir separuh tubuhnya dipenuhi dengan tato.

Memiliki nama asli TB William Suharja, pria yang menghabiskan masa kecil hingga dewasa di jalanan dan sempat menjadi pemimpin geng ini terlihat lebih religius saat ditemui Radar Bogor di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Paledang.

Sejak kelas 5 SD, Weli sudah menjadi jagoan di sekolahnya. Ia cenderung brutal. Merasa apa yang dijalani tak sesuai isi hati, Weli pun kabur dari rumah dan memilih hidup di jalanan. Saat itu Weli bergabung dengan geng Gembel Pasar (Gempas).

“Enggak ketemu keluarga, terutama orang tua hingga usia SMP-an, karena ibu sakit dan enggak lama setelahnya meninggal dunia, Alhamdulillah masih sempat bertemu,” jelas Weli.

Sedari kecil, Weli mengaku sudah akrab dengan obat-obatan terlarang, minuman keras hingga aksi kriminalitas yang menjadi kesehariannya. Segala bentuk kejahatan telah dilakukannya hingga menjadi pimpinan anak-anak jalanan di Bogor saat itu.

“Masih muda, ego tinggi, ambisi kuat. Sudah seringkali masuk penjara, kebanyakan karena penganiayaan. Sebelumnya enggak memberi efek jera, dan yang ke empat ini karena narkoba, merasa sudah cukup, diberi masukan oleh pembina disini, diarahkan ke agama, Alhamdulillah mulai hijrah,” beber Weli.

Dikatakannya, di Lapas lah kali pertama, tangan Weli memegang Alquran, belajar dan memahami ayat per ayat hingga mamu membacanya, pun dengan bacaan dan gerakan salat yang seluruh ilmunya didapatkan Weli di dalam Lapas.

“Alhamdulillah teman-teman yang masih di luar melihat kondisi saya sekarang, mereka senang dan mulai mengikuti, ada juga yang akhirnya nyantri,” katanya.

Weli mengaku, kebrutalannya dulu diawali dari candunya dengan alkohol, ditambah faktor keluarga yang membuat Weli kabur-kaburan.

“Sempat masuk penjara ketiga kali dan bebas 2008, sejak saat itu sebenarnya sudah enggak make narkoba, tapi di 2017 lalu ketemu teman-teman lama, akhirnya masuk (Lapas;red) lagi,” katanya.

Kali ini, Weli meyakini dirinya istiqomah tetap berada di jalan Allah, selain merasa bersalah dengan keluarga, khususnya anak dan istri, Weli pun tak ingin saat ajal menjemput, dirinya tengah melakukan maksiat.

“Disini belajar Al Quran, yang penting ada niat dulu. Dulu keluarga berantakan dan sempat 3 kali gagal, makanya yang ke 4 ini dijaga banget,” kata Weli yang mengaku mendapatkan putusan penjara 5 tahun 6 bulan.

Aktivitasnya kini di Lapas pun dipenuhi kegiatan positif, selain mengikuti pengajian rutin, salat tepat waktu di masjid Lapas pun tak pernah ditinggalkan Weli. Ramadan ini, Weli pun memiliki sejumput harapan, tetap istiqomah karena ini menjadi hal yang tersulit.

“Insya Allah kalau keluar nanti, bersama teman-teman dulu yang juga hijrah, dari yang tadinya berada di rumpun hitam pindah ke rumpun putih. Bertemu lagi dengan hawa yang positif,” tandasnya. (wil/c)