25 radar bogor

Harga Baru Tiket Pesawat Bebani Maskapai

JAKARTA-RADAR-BOGOR,Keputusan pemerintah menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat akan memberatkan maskapai-maskapai penerbangan. Sebab, harga beberapa komponen yang memengaruhi tarif tiket masih tinggi.

Hal itu disampaikan Ketua Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto kemarin (14/5).

INACA adalah organisasi yang menaungi perusahaan-perusahaan penerbangan. Organisasi tersebut diakui sebagai mitra pemerintah.

Bayu menjelaskan, penurunan TBA sebanyak 12-16 persen tidak hanya membebani maskapai penerbangan full service. Dia memprediksi range tarif maskapai low cost carrier (LCC) bakal ikut melandai. “Kategori medium dan LCC juga akan terdampak. Sebab, harga LCC itu sekitar 85 persen dari TBA. Jika yang di atas turun, yang bawah ikut turun,” paparnya.

Dia menyebutkan, harga avtur dan kurs dolar AS (USD) yang menjadi variabel utama penetapan TBA saat ini lebih tinggi daripada harga saat penetapan TBA sebelumnya. Kemarin kurs USD menguat 0,66 persen atas rupiah. Akibatnya, nilai tukar rupiah berada di level 14.423 per USD.

Harga avtur yang dimonitor International Air Transport Association (IATA) pada awal Mei 2019 bergerak naik hingga 3,1 persen jika dibandingkan dengan bulan lalu. “Penurunan TBA berdampak bagi kinerja keuangan maskapai. Terlebih, saat ini kondisi sebagian besar keuangan maskapai nasional belum bisa dibilang bagus,” tambah Bayu.

Kendati demikian, INACA menyatakan akan tetap mengikuti keputusan pemerintah. ”Pemerintah memiliki wewenang penuh untuk mengatur batas tarif. Kita lihat nanti. Kita tunggu detail peraturannya seperti apa,” katanya.

Sementara itu, menanggapi penurunan tarif batas atas tiket pesawat, Direktur Niaga AirAsia Indonesia Rifai Taberi menegaskan, pihaknya masih menunggu aturan detail dari pemerintah mengenai penurunan TBA untuk setiap rute. ”Tapi, yang pasti, kami akan ikuti regulasi. Kemenhub sudah melakukan perhitungan sebelum mengambil keputusan ini,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.

Mengenai pengaruh penurunan TBA terhadap traffic penumpang, khususnya saat peak season libur Lebaran, Rifai menegaskan bahwa load factor diprediksi semakin maksimal. “Kami perkirakan akan tetap full. Sebab, masa hari raya itu adalah masa superpeak untuk Indonesia,” tambahnya.

Menurut dia, setiap airlines mempunyai strategi untuk mengakomodasi aturan pemerintah. AirAsia, lanjut dia, akan menyesuaikan sub-class yang ada dengan tetap mengikuti koridor regulasi. Strategi sub-class itu membuat harga tiket AirAsia cenderung tidak naik saat maskapai penerbangan lain memasang harga tinggi.

“Kami menggunakan sub-class. Dengan strategi itu, harga tiket didistribusikan menjadi beberapa sub-class, dari yang murah sampai yang mahal. Kalau booking lebih awal, pasti lebih murah. Dan juga kan ada seasonality-nya. Kalau hari raya pasti lebih mahal, kalau low season lebih murah,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah menurunkan TBA tiket pesawat 12-16 persen. Jika dirata-rata, penurunan itu mencapai 15 persen. Rencananya, hari ini tarif baru itu dipayungi dengan peraturan menteri perhubungan (permenhub). Berdasar pasal 20 Permenhub Nomor 20 Tahun 2019, aturan baru mengenai tarif harus dipublikasikan. Paling lama 15 hari kerja sejak TBA ditetapkan.

Pada bagian lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyatakan, penurunan TBA bisa sangat memengaruhi perekonomian tanah air. ”Jika ditaati pelaku industri penerbangan, akan meningkatkan mobilitas orang dan barang,” ucapnya. Sektor jasa perjalanan, perhotelan, dan restoran akan menikmati dampak positif.

Meski demikian, dia menilai penurunan TBA yang hanya 12-16 persen masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi November tahun lalu. Dalam sepuluh bulan terakhir, setidaknya tarif pesawat naik lebih dari 50 persen. ”Tapi, paling tidak membantu menahan dropnya jumlah penumpang angkutan udara dalam beberapa bulan terakhir,” tutur Faisal.

Pada bagian lain, PT Pertamina (Persero) mengklaim harga jual avtur di Bandara Internasional Soekarno-Hatta paling murah jika dibandingkan dengan bandara di negara lain. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan, selama ini perseroan juga membandingkan harga avtur mereka dengan yang dijual di luar negeri.

”Avtur kami di Cengkareng itu yang termurah. Kami tahu banyak sekali maskapai yang beroperasi di sana,” ujar Nicke di gedung DPR kemarin. Bahkan, menurut dia, harga yang bersaing tersebut membuat Pertamina turut memasok avtur bagi Garuda Indonesia di luar negeri.

Perseroan bekerja sama dengan mitra pemasok avtur di sejumlah bandara internasional di luar negeri untuk mendapatkan harga yang bersaing. Harga avtur Pertamina di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng tercatat Rp 8.380 per liter (posting price). Angka itu lebih besar daripada harga avtur pada awal Februari lalu Rp 8.210 per liter.

Sementara itu, di Bandara Juanda, Surabaya, harga avtur Rp 9.220 per liter (posting price). Harga avtur di Bandara Internasional Lombok Rp 10.360 per liter (posting price). Harga avtur di Bandara Deo Sorong, Papua, menyentuh angka Rp 11.350 per liter (posting price).

Pihaknya belum bisa memastikan apakah akan memangkas harga avtur dalam waktu dekat. Sebab, harga jual dipengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebelumnya, tingginya harga avtur kerap dituding sebagai salah satu biang keladi tingginya tarif pesawat di Indonesia. Nicke menjelaskan, perseroan telah memproduksi avtur untuk memenuhi seluruh kebutuhan di dalam negeri. Salah satunya melalui Kilang Cilacap, Jawa Tengah.

Selain avtur, komponen yang menentukan tarif tiket adalah biaya navigasi dari Airnav. Besarannya 1,5 persen dari seluruh biaya yang menentukan harga tiket per kilometer. Namun, menurut Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto, angka 1,5 persen itu membuat biaya Airnav tidak berpengaruh dalam penyusunan tarif tiket.

Dia juga menyatakan, kenaikan harga tiket sejak awal tahun lalu membuat jumlah penerbangan menurun. Novie mencontohkan, di Bandara Soekarno-Hatta, setiap hari ada 1.000 hingga 1.100 penerbangan. Namun, pada low season seperti minggu pertama hingga kedua Ramadan, hanya ada 850 penerbangan. ”Turun 15 persen dari biasanya,” ujarnya kemarin.

Lalu, bagaimana angkutan Lebaran? Dilihat dari pendaftaran slot pemesanan extraflight tahun ini, menurut Novie, akan ada peningkatan. Hingga kemarin sudah ada 1.336 slot tambahan untuk penerbangan domestik dari enam maskapai penerbangan. ”Minggu ketiga dan keempat Ramadan biasanya penumpang naik,” katanya.(JPG/magang-Dilah)