25 radar bogor

Kisah Hijrah Silvianti Nurvista, Gas Meledak Bikin Mantap Berhijab

BOGOR-RADAR BOGOR, Silvianti Nurvista, tak mungkin lupa dengan peristiwa yang mengubah seluruh perjalanan hidupnya, tepat sehari sebelum Lebaran 2017.

Hari itu, Sabtu (24/6), kesibukan pun begitu terasa di dapur rumah Ipi, biasa dirinya disapa. Ia bersama ibu dan adik sepupunya tengah mempersiapkan penganan menyambut Lebaran.

Selepas Zuhur, Ipi pun menggantikan ibunya memasak. Ada dua kompor saat itu, Ipi memasak di kompor dengan tabung gas 12 kilogram. Belum lama Ipi memasak, tercium bau gas menyengat di dapur, yang ternyata berasal dari tabung gas yang digunakan Ipi.

“Apinya ternyata sudah mati duluan, sebelum saya matikan kompornya. Akhirnya minta tolong ayah mengecek tabung gas yang posisinya tepat berada di bawah kompor. Dengan polosnya sama ayah dibuka regulatornya dan sedetik kemudian api langsung keluar, cepet banget kejadiannya,” papar Ipi.

Seketika hawa panas pun begitu terasa di dapur Ipi. Ia bersama ayah, ibu dan adik sepupunya pun langsung berlarian menjauh dari dapur, tanpa disadari api menyambar ke baju yang dikenakan Ipi di bagian kiri.

“Sadarnya itu ada api di baju. Mamah juga kena di bagian kaki, adik sepupu telapak kaki kiri, papah juga begitu. Tapi saya yang paling parah, hampir 50 persen kena luka bakar, dari wajah, telinga, leher, kaki dan tangan. Karena hawa panas tadi jadi kulitnya melepuh, sempat mikir mau mati kayaknya,” katanya.

Ipi pun langsung dibawa ke RSUD Ciawi dengan menggunakan motor. Entah mengapa saat itu mobil yang ada di rumahnya sulit dinyalakan. Langsung masuk IGD, berbeda dengan ketiga anggota keluarga lainnya, yang diperbolehkan pulang, Ipi harus menjalani perawatan dua minggu lamanya.

“Akhirnya lebaran di rumah sakit. Sempat menjalani tindakan debridemen dua kali. Bekas lukanya semakin diperparah dengan keloid yang saya miliki,” kata dia.

Mendapati tubuh yang tidak lagi sempurna, Ipi pun lantas merasa terpuruk. Selama dua minggu perawatan, Ipi juga tidak ingin sama sekali dijenguk. Meski sulit menerima, peristiwa ini membuat Ipi merasa “ditampar” oleh Yang Maha Kuasa.

“Kejadiannya kan Sabtu, nah Kamisnya itu sudah belanja kerudung, ciput dan lainnya. Ada keinginan pas Lebaran menggunakan hijab, tahun-tahun sebelumnya malah enggak sama sekali. Dengan adanya peristiwa itu jadi makin mantap berhijab,” ungkap Ipi.

Sempat Minder pada Calon Suami

Kendati kini nyaman dengan hijabnya, Ipi mengaku sesekali masih ada rasa minder dengan luka-luka yang dimiliki. “Random saja munculnya, kadang bangun tidur tiba-tiba nangis. Makanya hingga sekarang pun masih terus proses meningkatkan kepercayaan diri,” kata Ipi.

Beruntung Ipi memiliki suami yang menerima apa adanya. Lelaki yang meminangnya Maret 2018 itu dengan setia menemani Ipi, selain sebagai suami pun sebagai partner hidup.

“Padahal dulu pas kejadian sudah mempersilahkan suami yang saat itu masih jadi pacar, untuk pergi, saking tidak percaya diri dengan kondisi tubuh,” ungkapnya.

Selain menjadi ibu rumah tangga, Ipi pun masih disibukkan dengan profesinya sebagai General Cashier Account Payable di salah satu hotel di bilangan Cidangiang. Pekerjaan yang tiga tahun terakhir dijalaninya. “Tiga tahun pertama di sini jadi Sekretaris GM,” katanya.

Memiliki ilmu agribisnis saat kuliah di IPB, Ipi tak ingin menyia-nyiakannya. Seminggu terakhir, Ipi bersama sang suami memberanikan diri terjun ke dunia bisnis dengan membuka franchise minuman di sekitar Universitas Pakuan.

“Ingin mencoba hal baru saja, usaha kecil-kecilan bareng suami. Masih booth kecil yang pas Ramadan sekarang bukanya dari pukul 15.00 until drop,” urai dia lagi.

Ramadan ini pun dirasa menjadi waktu yang tepat bagi Ipi untuk semakin meningkatkan ibadahnya, salah satunya salat malam. “Masih terus memperbaiki diri, ibadah yang masih kurang-kurang terus ditambah,” tandas anak kedua dari tiga bersaudara tersebut. (wil/c)