25 radar bogor

Ponpes Daarussalam Parung Ajari Santri Budi Daya Lele

Salah seorang santri Ponpes Daarussalam memperlihatkan kolam budi daya lele, yang belakangan diajarkan kepada para santri.

BOGOR-RADAR BOGOR, Pondok Pesantren Daarussalam memiliki kegiatan di luar pendidikan keagamaan dan pendidikan umum. Begitupula ketika masuk bulan Ramadan.

Selain puasa, sahur dan tarawih bersama, para santri Pesantren Daarussalam juga mulai tahun ini, memiliki kegiatan tambahan. Seperti bercocok tanam dan budi daya ikan lele di belakang gedung asrama santri laki-laki.

“Iya nantinya seluruh santri laki-laki akan berbudi daya lele juga, di samping kesibukan belajar dalam menghadapi ujian kenaikan kelas,” kata Pengurus Ponpes Daarussalam, Ustad Rahman.

Kata Rahman, nantinya lele ternak tersebut akan dijual kepada para pedagang. Kemudian, hasilnya akan dipergunakan untuk kebutuhan santri dan Pondok Pesantren Daarussalam.

“Ada dua belas kolam, masing – masing kolam diisi sekitar 70 – 100 ekor lele. Kegiatannya mulai dari memberikan makan dan perawatan lainnya,” papar Rahman.

Selebihnya, lanjut Rahman, kegiatan seperti biasa. Hanya pada bulan Puasa tahun ini berbeda, dikarenakan bersamaan dengan waktu ujian. “Pelajaran biasa, sepert, Aqidahtul Awam dan Taklim Muta’alim,” bebernya.

Rahman menerangkan, seluruh santri mempelajari Aqidahtul Awam yang mempelajari tentang sifat wajib Allah SWT dan mengenal keluarga nabi. Para santri, kata dia, diperkenalkan bagaimana makrifat Allah dan Rasulnya.

“Adapun Taklim Muta’alim, kitab ilmu yang mempelajari tentang bagaimana adab dan ahklak. Ini pembentukan ahklak santri agar bagus dan beradab,” jelasnya.

Santri Daarussalam, Yazid Anshori (16) menambahkan, lele tersebut hingga kini masih utuh dan jarang sekali ada yang mati.

Yazid merasa senang, dengan begitu nantinya akan ada kegiatan di luar, yang juga bermanfaat. “Jadi mengerti usaha. Lelenya dikasih makan sehari dua kali, pagi dan sore,” kata Yazid.

Selain itu, sambung Yazid, kegiatan di bulan Ramadan biasanya Qiyamulail, Tahajud, gerebek sahur, hafalan Alquran, salat berjamaah dan belajar.

“Abis dzuhur, taklim kitab, kemudian Arbail Rasail, dan Riyadhusshalihin,” pungkasnya.

Suasana pondok pesantren Daarussalam yang saat ini ditinggalkan sebagian santri karena libur puasa.

Sempat Tampung hingga Ribuan Santri

Sempat mengalami kejayaan. Kata tersebut, jelas menggambarkan pasang surutnya kehidupan. Begitu pula dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Daarussalam yang berlokasi di Jalan Masjid Al Irfan, Desa Pamegarsari, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Apalagi, ponpes ini sempat menampung hingga seribu santri di asramanya.

Pengurus Ponpes Daarussalam, Ustad Rahman membenarkan hal tersebut.

Ia mengaku, sejak pertama kali didirikan pada 1989, Daarussalam sempat menampung hingga seribu lebih santriwan atau santriwati.

Ponpes yang didirikan Pengusaha kaya raya asal Jakarta, Usman ini, luasnya kurang lebih 1,700 hektar dan kini hanya memiliki seratus santri dan santriwati.

Sepeninggal Usman, Ponpes dipimpin Abi Ali dan Yunus. Di sana, kata Rahman, Ponpes Daarussalam berada pada titik kejayaan. Di mana kharismatik pemimpin menarik perhatian banyak orang tua untuk menitipkan anaknya di pondok.

“Didirikan oleh beliau(Usman.red) bersama istrinya, yang juga sudah almarhumah, ” tuturnya.

Rahman menjelaskan, sang pendiri memiliki berbagai usaha mebel di Jakarta. Sepengetahuan Rahman, Usman menjual seluruh bidang usaha untuk membangun Pondok Pesantren Daarussalam.

“Jakarta mana saya tidak begitu mengetahui, yang jelas setelah itu beliau membeli tanah di Parung dan membangun ponpes ini,” ungkap Rahman kepada Radar Bogor, kemarin.

Bangunan pertama di ponpes adalah Musola Daarussalam yang berukuran kurang lebih 8 x 13 meter. Lokasi musola berdekatan dengan rumah Ali sebagai pemimpin Ponpes.

Sebelum adanya bangunan gedung sebagai asrama, dulu Ponpes Daarussalam masih berbentuk saung untuk melangsungkan pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya.

“Saat ini musola tersebut sudah dijadikan asrama santriwati. Itu bangunan pertama di Pondok Pesantren Daarussalam,” kata Rahman.

Masa kepimpinan Ponpes Daarussalam, Ali dan Yunus semakin berkembang pesat. Bangunan pun selalu bertambah saat kepemimpinan mereka. Namun, hal itu menurut Rahman semakin menghilang setelah Ali dan Yunus meninggal.

“Abi Yunus meninggal pada 2013, tiga tahun kemudian Abi Ali juga wafat. Sepeninggalan mereka Ponpes seperti kehilangan kharismanya,” terang Rahman.

Tidak hanya itu, lanjut Rahman, seiring berjalannya waktu, ruang pendidikan agama Islam semakin berkembang di tiap daerah. Hal tersebut, menurutnya, juga menjadi faktor menurunnya tingkat ketertarikan masyarakat pada ponpes saat ini. (cr1/c)