25 radar bogor

Antisipasi Peningkatan Demand Jelang Ramadan

KEBUTUHAN MENINGKAT: Sejumlah pengunjung terlihat melakukan aktivitas belanja di pusat perbelanjaan.

JAKARTA-RADAR BOGOR,Neraca perdagangan Indonesia pada tiga bulan pertama 2019 menunjukkan tren positif.f Pelaku usaha berharap tren tersebut terjaga sampai kuartal berikutnya.

Secara akumulasi, neraca perdagangan memang terhitung defisit USD 193,4 juta di kuartal pertama. Namun, pemerintah berharap pelaku industri tak menyikapinya dengan pesimistis.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa besarnya impor didominasi bahan baku industri, yang artinya industri dalam negeri tengah menggeliat. Dengan situasi itu, pertumbuhan industri meningkat, baik dari sisi volume, kapasitas, maupun investasi baru, terutama industri yang ada di kawasan ekonomi khusus.

’’Karena yang didorong, selain infrastruktur, banyak industri yang berorientasi ekspor,’’ paparnya kemarin.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Internasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyatakan, upaya pemerintah tetap membutuhkan waktu. Sebab, impor bahan baku tetap harus dilakukan karena porsinya 70 persen produksi. Hanya, impor harus diimbangi dengan peningkatan ekspor jelang Ramadan.

’’Saya lihat saat ini upaya pemerintah sudah berada dalam jalur yang tepat,’’ ujar Shinta.

Tren peningkatan permintaan (demand) domestik memang selalu terjadi pada masa Ramadan. Di berbagai sektor, peningkatan bervariasi antara 30 sampai 70 persen. ’’Kebutuhannya biasanya terpusat pada makanan minuman, produk tekstil jadi, industri percetakan, dan sebagainya,’’ tambah Shinta.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengakui bahwa ada peningkatan produksi dari industri mamin untuk persiapan Lebaran. Bahkan, persiapan itu disebut mulai terlihat sejak Maret. ’’Saya kira sudah bergerak. Mulai Maret,’’ ujarnya.

Dari pantauan, peningkatan mencapai 30 persen dari rata-rata produksi industri tiap bulan. Peningkatan produksi terutama terjadi pada produk-produk mamin yang dibutuhkan masyarakat. ’’Seperti sirup, makanan-makanan yang manis, kolang-kaling, manisan-manisan, kemudian juga biskuit,’’ paparnya.

Sementara itu, mengantisipasi harga bawang putih yang belum stabil, Enggartiasto meminta importer untuk mengeluarkan stok yang mereka miliki di gudang dan melakukan operasi pasar. Sampai kemarin (16/4), harga rata-rata nasional bawang putih di pasar tradisional masih sekitar Rp 43.000 per kilogram (kg). Angka tersebut jauh di atas harga eceran tertinggi Rp 38.000 per kg.

Berdasar data di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga bawang putih ukuran sedang masih terus merangkak naik di pasaran dalam lima hari terakhir. Harga naik rata-rata 1 sampai 3 persen per hari. Untuk wilayah Jawa Timur, harga bawang putih menyentuh Rp 44.000 per kg.

’’Kami akan undang importer supaya mereka buka gudang untuk operasi pasar,’’ timpal Enggar. (JP)