25 radar bogor

Hadir di Konferensi Mubaligh, Ketua MPR Teteskan Air Mata

JAKARTA-RADAR BOGOR,Di hadapan sekitar 500 peserta Konferensi Muballigh Indonesia (KMI), Ketua MPR Zulkifli Hasan sempat menitikan air mata. Itu terjadi saat dia bercerita saol miskinya petani garapan.

“Lahan yang dikerjakan adalah tanah milik orang. Mereka menjadi buruh tani,” kata Zulkifli.

Politikus asal Lampung itu membayangkan bagaimana anak keturunan mereka kelak harus mengalami hal itu. Ia pun kemudian teringat dengan kata-kata Bung Karno, Bangsa ini bisa menjadi kuli di negerinya sendiri bila kondisinya demikian.

Kemiskinan dan kesenjangan sosial seperti itulah yang disebut oleh Zulkifli sebagai tantangan kebangsaan. Karena faktor ini juga, masyarakat akhirnya rela menukar suaranya dengan sembako atau uang.

Untuk itu dirinya mengharap agar para muballigh yang datang dari seluruh daerah untuk ikut turut serta memberi pendidikan pada masyarakat.

“Sebagai sosok yang menjadi tauladan, ulama, ustad, dan muballigh perlu mengedukasi umat, terutama soal pemilu dan kemiskinan,” ujar Zulkifli.

Kata Zulkifli, masyarakat wajib tahu bahwa Pemilu adalah sarana untuk memperbarui komitmen dan menentukan jalan hidup rakyat, bangsa, serta negara. Dalam Pemilu ditegaskan, rakyat bebas memilih calon Presiden dan wakil rakyat sesuai pilihannya.

“Untuk itu dirinya memwanti-wanti agar penyelenggara Pemilu untuk adil dalam bekerja. Mereka telah disumpah untuk taat konstitusi,” paparnya.

Hadirnya ulama di tengah masyarakat untuk mengatasi tantangan kebangsaan, menurut Zulkifli sudah dilakukan sejak dulu. Pada masa itu lahir organisasi-organisasi ulama yang peduli pada masalah kebangsaan, keummatan, pendidikan, dan perdagangan.

Dicontohkan pada masa itu lahir organisasi Jammiatul Khair, Sarekat Dagang Islam, Sarekat Islam, Muhammadiyah, NU, Persis, dan lain sebagainya. Dari sejarah yang ada, Zulkifli Hasan heran bila ada yang mengatakan banyak ulama radikal.

“Berarti mereka enggak paham sejarah. Karena faktanya menunjukan keislaman dan kebangsaan itu seiring sejalan”, tambahnya.

“ingat semuanya berawal dari masjid, di sana peradaban ummat Islam mulai dibangun,” tuturnya. (JPG)