25 radar bogor

Caleg Pendatang Baru Dominasi Hasil Simulasi Pileg 2019 Kota Bogor, Siapa Saja?

Simulasi Pileg 2019 Radar Bogor
Warga saat mengikuti Simulasi Pileg 2019 yang digelar Radar Bogor.
Simulasi Pileg 2019 Radar Bogor
Warga saat mengikuti Simulasi Pileg 2019 yang digelar Radar Bogor.

BOGOR-RADAR BOGOR, Pemilihan Legislatif 2019 sepertinya menjadi panggung yang nyaman bagi para wajah baru calon legislatif. Kans mereka tidak kalah kuat dengan sang petahana dalam merebut hati suara pemilih. Itu tercermin dari hasil simulasi pencoblosan surat suara Pileg 2019 Kota Bogor yang dilakukan Radar Bogor.

Simulasi Pileg, Ini Calon Anggota Dewan Pilihan Warga Kota Bogor

Dari hasil simulasi yang dilaksanakan pada Kamis (21/2/2019) hingga Sabtu (23/2/2019), caleg pendatang baru, Pepen Firdaus mampu bersaing dengan caleg petahana yang sudah mempunyai nama. Sebut saja, Atty Somaddikarya, Eka Wardhana, Jenal Mutaqin dan HM Idris.

Bertarung di daerah pemilihan yang sama, yakni Dapil 1 Kota Bogor (Bogor Timur dan Tengah) caleg asal Gerindra itu berhasil memperoleh 3,31 persen suara. Lebih baik dari Atty Somaddikarya asal PDI-P yang menempel dengan 3,05 persen suara. Sementara Jenal Mutaqin dari Gerindra hanya memperoleh 1,78 persen disusul Eka Wardhana dari Golkar 1,53 persen dan HM Idris asal Gerindra 1,27 persen suara.

Selain Pepen, persaingan caleg baru dengan petahana juga terjadi di Dapil 2 Kota Bogor (Bogor Utara). Adalah Fetty Qondarsyah yang berhasil masuk jajaran 10 besar calon yang paling banyak dicoblos. Tak kurang 1,09 persen warga kecamatan Bogor Timur dan Tengah mencoblos caleg asal Partai Golkar itu.

Torehan mantan Birokrat Kota Bogor ini sama dengan raihan caleg petahana asal partai Demokrat R Dodi Setiawan. Dodi juga memperoleh 1,09 persen suara. Sementara caleg petahana Romdoni asal PAN dan Oyok Sukardi dari partai Golkar harus puas di posisi 11 dan 13.

Tren positif caleg baru ini juga berlanjut di Dapil 4 Kota Bogor (Bogor Barat). Caleg asal PKS, M Dody Hikmawan mampu bersaing dengan caleg petahana, seperti Didin Muhidin asal PAN, Mahpudi Ismail asal Gerindra hingga Herri Cahyono caleg dari partai Golkar yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Bogor.

Dalam hasil simulasi pencoblosan surat suara Pileg 2019 di Dapil Bogor Barat, Hikmawan memperoleh 4,98 persen suara. Sementara Didin Muhidin hanya memperoleh 3,90 persen suara. Disusul Mahpudi Ismail 2,38 persen suara, dan Heri Cahyono 1,08 persen suara.

Adapun untuk Dapil 5 Kota Bogor (Tanah Sareal) caleg petahana asal Gerindra Mochamad Zenal Abidin harus puas berbagi suara dengan caleg pendatang baru Dudi Supriadi (Gerindra) dan Budiman (PKS). Ketiganya sama-sama memperoleh 2,06 persen suara.

Lantas bagaimana dengan Dapil 3 Kota Bogor (Bogor Selatan)? Lagi-lagi caleg pendatang baru yang mendominasi. Mantan calon Wali Kota Bogor Dadang Iskandar Danubrata memperoleh suara terbanyak dengan torehan 5,24 persen. Sementara caleg petahana asal Demokrat Bambang Dwi Wahyono hanya mampu di posisi keenam dengan 2,09 persen suara.

Tren caleg wajah baru yang mendominasi dalam hasil simulasi Radar Bogor,

menurut Ketua DPC PPP Kota Bogor, Zaenul Mutaqin adalah sesuatu yang jamak terjadi. Karena caleg wajah baru sudah jauh-jauh hari menyosialisasikan dirinya. “Sementara biasanya caleg petahana sudah punya pendukung setia atau suara tetap. Ibaratnya kalau istilah dalam ilmu ekonomi itu captive market,” tutur Zaenul.

Dia menilai, caleg petahana biasanya akan intens bergerak satu atau dua bulan menjelang hari pencoblosan. Alasannya, mereka lebih paham apa yang harus dilakukan dan itu merujuk pada pengalaman masing-masing pada pemilu sebelumnya.

Namun Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata mempunyai pandangan berbeda. Dia menilai hasil simulasi Radar Bogor

membuktikan masyarakat tak ingin terjebak dengan petahana yang dulu terpilih yang kenyataanya tidak bekerja untuk masyarakat.

“Sehingga pada saat dia (caleg,red) maju lagi masyarakat memutuskan untuk tidak terjebak dua kali,” bebernya. Dipilihnya caleg wajah baru sambung dia, karena mereka menawarkan program yang lebih baik. “Dan tentunya sudah berbuat untuk masyarakat,” terang Dadang.

Senada juga diungkapkan Ketua DPD PAN Kota Bogor Safrudin Bima. Menurut dia fenomena mendominasinya caleg baru merupakan hasil dari perpaduan kerja keras para caleg baru. Selain itu pula, ada juga evaluasi untuk para caleg petahana selama lima tahun menjadi wakil rakyat. “Kecerdasan masyarakat juga meningkat dalam hal menempatkan para wakilnya yang komit terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri,” kata dia.

Sementara itu, Ketua DPC PKS Kota Bogor Atang Trisnanto menilai kontribusi suara caleg terhadap perolehan suara pemilu cukup signifikan. Dari hasil riset PKS, jumlah suara seluruh caleg menyumbang 60-70 persen suara pemilu. Sedangkan pemilih yang hanya memilih gambar partai di kisaran 30-40 persen. Artinya, harus ada sinergi yang simultan antara kerja sosialisasi caleg dan citra sebuah parpol dalam pemenangan pileg. “ Untuk itu, PKS berusaha untuk terus menjaga kinerja dan citra partai sekaligus mendorong caleg untuk bergerak menyapa masyarakat,” tukasnya.

Pengamat Politik Yusfitriadi menilai ada beberapa kemungkinan kenapa pemilih banyak memilih caleg baru. Pertama incumbent merasa sudah populer. Sehingga mereka belum banyak melakukan sosialisasi dan kampanya kepada masyarakat.

Kedua, masyarakat sedang menghukum petahana dengan tidak lagi memilih-nya. Karena ketika menjabat sebagai wakil rakyat, mereka tidak peduli terhadap pemilih yang telah mengamanahkan kursi wakil rakyat. “Bahkan hanya sekadar sapaan pun terkadang sulit didapatkan oleh masyarakat,” bebernya.

Dia juga mendapati caleg wajah baru lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi kampanye dengan metode kekinian. “Misalnya berbasis IT, berbasis kelompok atau komunitas generasi milenial dan strategi-strategi konstruktif lainnya,” ucapnya. (rp3/dka/d)