25 radar bogor

Mengintip Kesuksesan Kupat Tahu 405 yang Eksis 17 Tahun, Doclang Legend Jembatan Merah tak Pernah ‘Basi’

BOGOR-RADAR BOGOR,Sebagai makanan khas Bogor, keberadaan doclang tak lagi seperti dulu. Makanan rakyat ini mulai tergerus zaman dan tak seramai dulu.

Namun, Kupat Tahu Doclang 405 Jembatan Merah yang dimiliki Firdaos berbeda, hidangan berkuah bumbu kacang itu menjadi semakin legend dari masa ke masa

Aos, sapaan karibnya, memulai usaha doclang nya pada 2002 silam. Dirinya bercerita, sebelum menjual doclang, ia sempat membuka warung rokok di tempat yang sama.

Ia mengaku, awal mula menjual doclang karena memang makanan legenda ini harus dilestarikan. Lalu, ia pun belajar membuat doclang bersama sang istri.

Menurutnya, ia sudah 14 tahun berjualan doclang terhitung sejak 2002 sampai 2016 silam. Setelah itu, dirinya sudah tidak menjajakan doclang yang berada di sekitar jembatan merah ini.

“2016 Saya sudah tidak berjualan lagi. Setelah itu, hingga saat ini yang menjajakan doclang diberikan kepada anak pertama, adik, dan keponakan,” ujarnya kepada Radar Bogor saat ditemui di kediamannya di Jalan Gunung Batu, Gang Kosasih RT 01/01, Kota Bogor, Kamis (21/2).

Ia mengaku, selama ini dia sendiri yang meracik semua bahan bumbu untuk jualannya, agar terus menjaga rasa dan kualitas doclang miliknya.

“Sekarang fokus masak bahan-bahan doclang di rumah. Jadi, anak pertama dan adik saya secara bergantian yang menjaga dagangan,” kata ayah empat orang anak ini.

Lebih lanjut ia menceritakan kembali pada saat awal dirinya membuka usaha ini. Menurutnya, tiga tahun pertama menjual doclang, belum mendapat untung yang sepadan. Karena pada saat itu, dirinya juga masih menjual rokok, jadi dirinya lebih banyak mengambil untung dari hasil penjualan rokok.

Karena kegigihan dan keyakinannya untuk memajukan makanan legendaris ini, ia terus berusaha menjual dagangannya lebih giat lagi, dengan bermodalkan hasil penjualan rokok yang dia jual setiap hari.

Awalnya, ia ragu akan doclang yang ia jual karena dianggap makanan zaman dulu. Namun, semangatnya dan sang istri tak pernah padam. Hingga saat ini terbukti perkembangan doclang nya yang sudah terkenal, baik dari Bogor maupun luar Bogor. “Alhamdulillah perkembangan sekarang ramai terus. Pengunjung

banyak datang, tidak hanya akhir pekan. Hari-hari biasa pun selalu ramai,” terangnya.

Karena banyaknya pelanggan, doclang yang dirinya jual buka hingga 24 jam non stop. Hal ini dikarenakan masukan-masukan dari pelanggan yang berdatangan untuk membukanya non stop. Maka dengan seperti itu, doclang yang dijual dengan harga Rp12 ribu ini, sudah mampu memperkerjakan karyawan sebanyak sembilan orang.

“Iya buka selama 24 jam karena memang pesanan dari pelanggan. Karyawan bekerja secara bergantian. Karyawan pun masih keluarga dan tetangga dekat sekitar,” katanya.

Demi mengikuti perkembangan zaman dan memudahkan pelanggan, doclang miliknya tak hanya dijual di sekitar Jembatan Merah, kini penikmat doclang dapat memesan melalui aplikasi online. Selain itu, ia selalu menerima banyak pesanan untuk berbagai acara. Baik itu acara besar maupun acara biasa.

Saat perayaan Cap Go Meh (CGM) atau Bogor Street Festival (BSF) kemarin, dirinya membawa sekitar 200 porsi. Dan, dirinya mengaku semua itu hampir habis dinikmati oleh pengunjung yang berdatangan.

Walau, perayaan CGM kali ini, ia mengaku bahwa ini pertama kalinya doclang miliknya turut andil dalam perayaan akbar tersebut.

“Pertama kali jualan di CGM tahun ini. Namun, tahun-tahun sebelumnya hanya kebagian pesanan kupatnya saja yang dipesan oleh panitia di sana. Jumlahnya pun sampai 600 kupat yang di pesan,” ucapnya.

Menurutnya, ciri khas atau yang membedakan doclang miliknya itu, ia pun bercerita sesuai dengan apa yang dikatakan para pelanggannya, bahwa kupat miliknya sangat lezat dan berbeda dengan kupat yang ada di tempat lain.

Ia mengaku bahwa kupat miliknya dibungkus dengan daun patat.

“Kalau di sini asli bikin ketupatnya dari daun patat. Dari awal masih berbentuk beras, lalu dikukus, dan dijual pun memakai daun patat. Kupatnya sama saja sepertinya, namun ngerebusnya lama bisa 12 jam, jika lama ngerebusnya beda hasilnya seperti kenyal-kenyal. Memang lima jam juga matang, hanya jika direbus selama 12 jam, kupat akan lebih lezat,” jelasnya.

Ia berencana untuk membuka cabang kedua yang akan dibuka tidak jauh dari tempatnya tinggal. Menurutnya, bukan tanpa alasan membuka dekat rumah. Selain untuk dapat lebih dekat, juga di sekitar tempatnya tinggal selalu mendapat banyak pesanan kupat.

“Kalau hari besar selalu banyak yang memesan kupatnya saja. Misal lebaran, tahun baru, atau perayaan lainnya,” tukasnya. (*)