25 radar bogor

Awas! Rumah Padat Penduduk di Kota Bogor Rawan Kebakaran, Dua Bulan 20 Kejadian

KEBAKARAN: Kebakaran menghanguskan lima rumah di Jalan Mantarena RW 05/03 Kelurahan Panaragan, Kota Bogor Senin, (12/2/2018)

BOGOR-RADAR BOGOR, Rumah padat penduduk mendominasi angka terjadinya kebakaran di Kota Bogor.  Berdasarkan catatan Damkar, kebakaran di Kota Bogor hampir 80 persennya diakibatkan oleh konsleting listrik di kawasan padat penduduk.

Sejak Januari hingga 21 Februari 2019, jumlah kejadian sudah mencapai 20 kejadian. Terdiri dari sembilan kejadian pada bulan Januari dan 11 kejadian hingga 21 Februari. Kerugian pun ditaksir mencapai Rp500 juta.

Kabid Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Kota Bogor, Marse Hendra Saputra mengatakan, pemukiman padat penduduk masih memberikan kontribusi besar dalam jumlah kebakaran di Kota Bogor.

Masalahnya, dia melihat di beberapa wilayah unit kejadian yang tidak bisa menjangkau lokasi terjadinya kebakaran. Karena itu, tahun ini Damkar merealisasikan satu unit alat pemadam kebakaran berupa pompa portabel yang ditempatkan di Kampung Gudang, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

“Tahun lalu sudah ada di Kampung Keramat, Kelurahan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Jadi alatnya berupa pompa portabel, bukan apar karena kapasitasnya terbatas,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (21/2).

Pengadaan alat pompa bantu itu, kata Marse, akan direalisasikan pada Maret mendatang. Alat tersebut mampu menyedot air dari lokasi terdekat kebakaran, sehingga dapat dijadikan media penolong pertama sampai petugas pemadam kebakaran datang.

Kedati begitu, lanjut dia, akan dibentuk Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang kemudia dilatih lebih dulu untuk penanggulangan bencana kebakaran dan penggunaan alatnya. Setelah itu alat akan diberikan dan ditanggung jawabkan oleh Pokmas saat terjadi bencana. Terutama di sekitar lokasi terdekat mereka.

“Ini bisa menanggulangi wilayah-wilayah padat penduduk dan unit damkar tidak bisa mencapainya. Saat peralatan tidak bisa sampai ke lokasi maka yang kami harapkan adalah antisipasi awal menggunakan peralatan yang ada di rumah dan alat bantuan ini,” kata dia.

Meski baru sedikit pengadaannya, Marse mengaku bahwa memang alat tersebut tidak murah. Harganya mencapai Rp130 juta per unit. Sehingga untuk lokasi lainnya akan diberikan secara bertahap melihat kapasitas anggaran yang ada. “Ini secara bertahap, karena di Indonesia projek ini baru kita yang melakukan pemberian alat selain memberikan penyuluhan kepada masyarakat,” terangnya.

Karena itu menurut Marse, yang paling penting adalah pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap instalasi listrik dan penggunaannya. Misalnya, memberikan pemahaman penggunaan standar kabel listrik, apakah daya sudah sesuai dengan kapasitas listrik rumahnya.

“Ini yang selalu jadi masalah dan kami sering sampaikan kepada PLN untuk mensosialisasikan ke masyarakat,” katanya.

Selain itu, tren peristiwa kebakaran juga bergeser. Sebab Damkar mencatat pada 2017 jumlah kejadian paling banyak berada di Kecamatan Bogor Tengah. Namun pada 2018 berada di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal.

“Ada pergeseran wilayah, ini akibat mindset masyarakat, makanya kita tidak pernah berhenti memberikan pengetahuan pada masyarakat. Ini yang sedang kita gencarkan di tahun ini,” tambah dia.(gal/c)