25 radar bogor

Soal Mahalnya Tiket Pesawat, Begini Penjelasan JK

Jusuf Kalla (Dok. JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Kenaikan tiket pesawat, bagasi berbayar hingga naiknya tarif kargo angkutan udara menjadi perbincangan hangat di seluruh Indonesia. Kondisi ini diklaim telah mematikan arus pariwisata beberapa daerah yang tengah bergairah.

Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Longki Djanggola mengatakan, Presiden Joko Widodo melalui Menteri Perhubungan telah menganjurkan airline untuk menurunkan tarif tiket pesawat. Namun, hingga kini, harga tiket masih selangit.

“Kenaikan tiket pesawat memukul pariwisata dan perekonomian masyarakat. Tiket dalam negeri sungguh mahal. Ini mesti menjadi perhatian khusus,” kata Longki di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APPSI 2019 di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Kamis (21/2).

Senada dengan itu, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, fenomenanya hari ini, masyarakat Aceh yang hendak pergi ke Bandung, Yogyakarta lebih senang melalui Kuala Lumpur terlebih dulu. “Lebih hemat (ke Kuala Lumpur dulu) ketimbang terbang dari Aceh langsung,” katanya.

Nova Iriansyah mengatakan, upah angkut ikan tuna menggunakan kargo pesawat dari Aceh ke beberapa daerah di Pulau Jawa naik tiga kali lipat. Hingga kini, belum ada penurunan harga. Menurutnya, kondisi perlu segera disikapi cepat oleh pemerintah pusat.

“Pengusaha tuna di Aceh mulai menurunkan produksi dan PHK pegawai. Jika kargo tidak turun akan berdampak besar kepada ekonomi masyarakat Aceh,” bebernya.

Menyikapi keluhan para Gubernur, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, bisnis angkutan udara tergantung dua hal, yakni harga minyak dan dolar. Sebab, hampir semua biaya operasional pesawat dibayar dengan dolar. “Harga minyak naik, rupiah melemah tentu berdampak pada perusahaan penerbangan,” kata Jusuf Kalla.

Jika terus dipaksakan harga tiket murah, bukan tidak mungkin, maskapai rugi bahkan sampai gulung tikar. Banyak perusahaan penerbangan bangkrut di Indonesia tersebab mempertahankan harga tiket murah. Seperti Merpati, Mandala Air, Adam Air, Indonesia Air dan Batavia Air

“Sekarang, beberapa maskapai lain bergabung dalam dua group saja. Garuda Indonesia dan Lion Air Group,” katanya.

Kalla mengatakan, persoalan kenaikan harga tiket adalah keluhan rasional masyarakat. Menurutnya, pemerintah sudah berupaya memberikan keseimbangan. Dengan kata lain, masyarakat tidak dirugikan dan maskapai tidak bangkrut.

Misalnya saja, lanjut Kalla, pemerintah sudah meminta penerbangan BUMN seperti Garuda Indonesia menurunkan tarif hingga 20 persen. Namun, memang belum maksimal atau normal seperti sediakala. “Kita akan cari keseimbangan untuk penumpang dan perusahaan. Ini kan bisnis, kita pahami itu,” bebernya.(JPC)