25 radar bogor

Debat Terkait Masalah Pangan, Pengamat Prediksi Tembak Dua Hal Ini ke Jokowi

reaksi joko widodo dan prabowo debat
Joko Widodo dan Prabowo Subianto bersalaman usai debat. (dok. Jawapos)

JAKARTA-RADAR BOGOR,Debat kedua bagi Calon Presiden Joko Widodo (01) dan Prabowo Subianto (02) tinggal menghitung hari. Beberapa tema yang akan dibahas adalah mengenai infrastruktur, energi, pangan dan sumber daya alam.

Pada debat kedua ini, capres 01 diprediksi akan menyampaikan capaian-capaian. Sedangkan, capres nomor 02 bisa jadi mengambil celah dengan menyerang kelemahan capaian program 01.

Untuk bidang pangan, setidaknya ada dua celah yang dapat dijadikan peluru Prabowo. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Mochamad Faisal menyebut setidaknya ada dua hal yang akan jadi bahan Capres 02 untuk menyerang lawan. Pertama adalah impor.

Kebijakan impor ini memang akan menjadi isu yang akan mendominasi. Meski hal itu disebabkan oleh suplai yang kurang. Namun, menurut Faisal ada masalah lebih krusial dari impor pangan itu sendiri yakni distribusi dan tata kelola cadangan.

“Sering kali ketika (pemerintah) ingin mendorong harga pangan yang terjangkau yang dilakukan adalah menekan harga ditingkat petani. (Tetapi) tidak menyelesaikan permasalahan terjadi di distribusi padahal harga ditingkat petani (sudah) ditekan,” terang Faisal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (15/2).

Hal itu membuat insentif bagi petani semakin mengecil, selain memproduksi beras petani merupakan konsumen. Pendapatan petani pun jadi semakin tergerus manakala nilai tukar yang didapat tak sebanding dengan harga yang harus dibayar petani.

Kedua adalah persoalan data. Sampai saat ini masalah data pangan masih carut marut. Padahal data merupakan poin kunci bagi pemerintah dalam memutuskan kebijakan. Dalam hal ini, pemerintah Presiden Joko Widodo memang sudah membenahi dengan hanya menggunakan data milik Badan Pusat Statistik (BPS). Namun, butuh waktu untuk benar-benar memvalidkannya.

“Data yang tidak akurat menyebabkan kebijakan tidak tepat sementara kita pada saat bulan ini harus segera impor menjadi telat menjadi permasalahan lagi,” jelasnya.

Sebaliknya, ketidakakuratan data juga dapat menyebabkan oversuplai apabila pemerintah melakukan impor berdekatan dengan panen raya. Lagi-lagi, dalam kondisi itu petani yang menjadi korbannya. Oversuplai menyebabkan harga jual di tingkat petani menjadi rendah. (JPG)