25 radar bogor

Elite Demokrat Sebut PSI Lama-lama Jadi Partai Sensasi Indonesia

BOGOR – RADAR BOGOR, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyebut saat ini banya elite yang menjadi nasionalis gadungan. Mengaku nasionalis tapi pada kenyatannya adalah tidak.

Menanggapi hal tersebut, ‎Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon‎ mengaku aneh dengan Grace Natalie ini. Karena sering sekali melakukan sensasi ke publik. “Saya hanya bisa tertawa dengar pidato Grace Natalie ini. Lama-lama jadi Partai Sensasi Indonesia, PSI ini,” ujar Jansen saat dihubungi, Rabu (13/2).

Menurut Jansen, Grace mungkin lupa jika sekarang ini jamannya Presiden Jokowi. Apa yang terjadi termasuk kasus Ibu Meliana yang mendapat persekusi karena keberatan terhadap pengeras suara azan dari Masjid Al Maksum Tanjungbalai, Sumatera Utara, pada 29 Juli 2016. Ia divonis 18 bulan penjara.‎ Itu adalah di era Presiden Jokowi.

“Itu terjadi ya di masa Jokowi ini. Jadi nampar Jokowi, Presiden yang dia dukung sendiri pidato Grace itu. Artinya kalau mengikuti pidato Grace ini Presiden sekarang nasionalismenya berarti Gadungan dong? Diam saja ketika Ibu Meliana dipersekusi dan bahkan akhirnya dihukum,” katanya.

Termasuk narasi nasionalis gadungan adalah partai-partai yang rutin mengirim kader-kader mereka untuk sekolah di KPK apa itu tidak menampar teman kolisinya sendiri juga.

Jansen mengatakan, fakta membuktikan ‘pasien’ KPK sekarang ini kan paling banyak dari Partai-partai pendukung Jokowi. “Jadi pidato itu bagusnya sebenarnya Grace Natalie pidatokan langsung ke Presiden Jokowi dan teman-teman koalisinya sendiri. Biar sadar koalisi mereka ini,” tegasnya.

Itu maka jika mengikuti logika Grace di pidatonya ini, kekuasaan sekarang ya memang harus diganti. Karena nasionalisme yang mengelola negara sekarang belum benar alias gadungan. Sebelumnya, Ketua Umum PSI Grace Natalie menyebut ada kaum nasionalis gadungan. Ia dengan berapi-api menuding banyaknya elite yang mengaku nasionalis tetapi sebenarnya tidak.

“Nasionalis gadungan adalah semua partai politik atau orang yang mengategorikan nasionalis, tetapi ketika ada peristiwa-peristiwa intoleransi diam saja. Bahkan dalam banyak kasus justru partai-partai nasionalis yang paling rajin merancang, merumuskan sampai menggolkan perda-perda diskriminatif di hampir seluruh kabupaten/kota. Itu nasionalis gadungan,” kata Grace.

Ia menyebut ada dua ancaman yang membayangi persatuan Indonesia. Yaitu keberadaan kaum intoleran yang setiap hari mengumbar kebencian. Kemudian adanya para koruptor yang melemahkan gerakan persatuan masyarakat.

Kalau ada orang menyebut dirinya nasionalis, namun di belakang masih mencuri uang rakyat, mereka lebih pantas disebut nasionalis gadungan. “Nasionalis gadungan, bro dan sis, adalah orang-orang yang ngakunya nasionalis tapi ikut-ikutan meloloskan perda-perda agama yang diskriminatif,” kata Grace.

Grace Natalie menyebut nasionalis gadungan adalah kekuatan politik tengah yang bungkam, diam seribu bahasa ketika seorang ibu, Ibu Meliana dipersekusi. Kasus Meiliana bermula saat dia keberatan terhadap pengeras suara azan dari Masjid Al Maksum Tanjungbalai, Sumatera Utara, pada 29 Juli 2016. Ia divonis 18 bulan penjara.