25 radar bogor

Andre Rosiade Sebut Gerindra Partai Nasional Religius

BOGOR – RADAR BOGOR, Pernyataan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie yang menyebut banyak partai yang mengaku nasionalis tapi gadungan terus menuai pro dan kontra. Salah satu respons disuarakan oleh Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade.

Dia mengatakan, bahawa partainya tidak tersinggung dengan pernyataan Grace. “Kalau Gerindra ini partai nasionalis religius, partai yang paling lengkap kebhinekaan-nya. Kami punya sayap Islam, lalu ada sayap Kristen, Katolik ada, Hindu, Budha ada, kami paling lengkap, jadi kami nasionalis religius,” kata Andre kepada wartawan, Rabu (13/2).

Gerindra, Menurut dia, selalu mengayomi seluruh agama dan golongan. Andre tidak mengerti siapa sesungguhnya partai nasionalis gadungan yang dimaksud Grace. “Saya nggak ngerti maksud PSI seperti apa, tapi biasalah partai sensasional Indonesia selalu mencari sensasi, karena itu strateginya PSI,” ucapnya.

Andre malah menyindir rekan koalisinya yakni PDI Perjuangan karena paling sering menyetor kadernya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Kalau kader paling banyak di KPK ya PDIP dong, yang paling banyak ditangkap KPK PDIP. Berarti kan itu partai pendukung Pak Jokowi, jadi kelihatannya Grace memang menyindir koalisinya,” pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengkritik para kaum nasionalis di Indonesia. Pasalnya, mereka selama ini tidak pernah buka suara mengenai kasus intoleransi yang terus terjadi belakangan ini.

Dalam pidato politik yang berjudul “Musuh Utama Persatuan Indonesia”, Grace mengingatkan, bahaya fenomena normalisasi intoleransi. Kondisi itu ditandai dengan masyarakat yang semakin menganggap intoleransi sebagai sesuatu yang normal.

Hal ini disampaikan Grace di Festival 11 Yogyakarta yang bertempat di Grha Pradipta Jogja Expo Center pada Senin, 11 Februari 2019 . Acara dihadiri oleh sekitar 2.000 peserta yang terdiri dari pengurus, kader, dan simpatisan PSI.

“Mengaku nasionalis tapi ikut meloloskan perda-perda agama yang diskriminatif. Mengaku nasionalis tapi ambil bagian dalam kekuatan politik tengah yang bungkam ketika rumah-rumah ibadah ditutup dan orang-orang seperti Ibu Meliana dipersekusi. Mengaku nasionalis tapi rutin mengirim kader-kader mereka ke KPK,” sindir Grace.

“Kalau ada orang menyebut dirinya nasionalis, tapi di belakang masih mengadu domba masyarakat dan gemar mencuri uang rakyat. Mereka lebih pantas kita sebut nasionalis gadungan!” pungkas Grace.