25 radar bogor

Penumpang di Bandara Syamsudin Noor Turun Hingga 10 Persen

BOGOR – RADAR BOGOR, Bisnis transportasi udara tengah dalam kondisi lesu. Dalam tiga bulan terakhir, terjadi penurunan pengunjung bandara sebesar tiga hingga sepuluh persen.

Dari data Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, penurunan penumpang terparah terjadi pada Desember 2018 ke Januari 2019, yaitu mencapai 10 persen. Jika dikonversikan ke jumlah penumpang, angka penurunannya mencapai 29.563 penumpang.

“Dari data kita, bulan Desember 2018 total penumpang ada diangka 303.043 penumpang dengan penerbangan sebanyak 2380 flight. Menuju Januari penurunan berkisar 10 persen yakni hanya ada 273.480 penumpang dengan total penerbangan jadi 2218 flight,” ujar Communication dan Legal Section Head PT Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor, Aditya Putra dikutip Radar Banjarmasin (Jawa Pos Grup), Senin (11/2).

Berkaca pada 2017-2018 yang merupakan masa kejayaan transportasi udara, katanya, memang di akhir tahun dan awal 2019 menjadi waktu yang tidak baik. Sebab, pada 2017-2018, dalam satu hari saja jumlah penumpang di Bandara Syamsudin Noor rata-ratanya mencapai angka 10-11 ribu penumpang. Penerbangannya pun rata-rata di atas 80 penerbangan per harinya.

Data Januari 2019 tadi itu perharinya hanya 8 ribu penumpang dengan total penurunan sampai 12-13 flight per harinya. Maskapai pun mulai menurunkan frekuensi penerbangannya karena minimnya penumpang. Ambil contoh tujuan Jakarta yang melayani jadwal penerbangan mencapai 6 kali, sekarang hanya 5 atau 4 kali.

Selain itu, Adit menegaskan salah satu penurunan penumpang tersebut juga disebabkan low season. Meskipun, juga ada faktor lain yang turut memberikan dampak terhadap minat orang menggunakan transportasi udara.

“Kita lihat adanya harga tiket yang tinggi. Sehingga yang sering bepergian sekarang menimbang-nimbang lagi,” katanya.

Dia menambahkan penerapan bagasi berbayar di beberapa maskapai yang diterapkan pada Januari 2019. Namun, kondisi ini sebetulnya pernah juga terjadi beberapa tahun silam, tepatnya di periode 2013, 2014, dan 2015. Pada tiga tabun itu, jumlah penumpang menyusut sampai 200 ribu dalam kurun waktu satu tahun.

“Dari total satu tahunnya 3,89 juta menjadi 3,7 juta. Sehingga rata-ratanya 15-16 ribu perbulannya. Bahkan di 2015 itu juga rendah, yakni hanya ada 3.538.000 penumpang. Sementara hingga sekarang, tidak ada perubahan signifikan. Hari besar Imlek pun juga tidak berpengaruh. Perubahan akan mungkin terlihat jika ada kebijakan dari maskapai serta aspek urgensi penumpang itu sendiri,” jelas Adit.

Saat ini, Angkasa Pura telah mengadakan pertemuan dengan Pemprov Kalsel. Pertemuan tersebut untuk berkoordinasi guna meningkatkan pariwisata Kalimantan Selatan.

”Jadi semoga langkah ini bisa memperbaiki keadaan,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kalsel, Dahnial Kifli mengatakan pariwisata Kalsel memang ikut menderita atas meroketnya harga tiket pesawat. Dinas Pariwisata Kalsel menyatakan, kunjungan wisatawan ke Banua telah menurun hingga 14 persen.

“Dampaknya luas sekali. Perhotelan, rumah makan, hingga usaha kecil pembuat oleh-oleh juga turut terkena imbasnya,” kata Dahnial.

Dia menunjuk penurunan kunjungan ke Pasar Terapung, Menara Pandang di Siring Pierre Tendean, dan wisata susur sungai di Banjarmasin. Namun, Dispar Kalsel terus berkomunikasi dengan pemerintah pusat untuk mendongkrak pariwisata Kalimantan.

“Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perhubungan terus berkomunikasi. Cuma itu yang bisa saya informasikan,” imbuhnya.

Berdasarkan data BPS, jumlah penumpang yang tiba di bandar udara Kalsel bahkan menurun sebanyak 151.360 orang atau turun sebesar 10,50 persen.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti meminta semua pemangku kepentingan atau stakeholder industri penerbangan untuk optimistis, guna menggenjot industri penerbangan tahun ini. Sebagai bagian dari pola transportasi nasional, penerbangan merupakan salah satu triger perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Dengan berkembangnya penerbangan, akan menjadi pemacu tumbuh kembangnya perekonomian.

“Penerbangan sebagai salah satu moda transportasi adalah urat nadi perekonomian suatu bangsa. Jika urat nadi tersebut beroperasi maksimal, tubuh juga akan semakin sehat dan berkembang,” jelas Polana.

Namun, Polana juga menyadari siklus-siklus bisnis yang ada di penerbangan seperti adanya musim sepi dan musim sibuk (peak season). Low season biasanya terjadi di pertengahan Januari sampai Februari.

Penumpang didominasi oleh pebisnis dan pekerja, sementara penumpang dengan keperluan wisatawan menurun. Sedangkan peak season biasanya terjadi di tengah tahun, saat liburan sekolah dan akhir tahun saat liburan natal dan tahun baru. Ada juga puncak peak season yang khusus terjadi di Indonesia, yaitu libur Lebaran.