25 radar bogor

Bogor Darurat DBD, Sudah 8 Orang Meninggal, 365 Terjangkit

Pasien DBD RSUD Cibinong
Beberapa pasien DBD di RSUD Cibinong yang belum mendapat ruang perawatan. Sofyansyah/Radar Bogor

OGOR – RADAR BOGOR, Kasus kematian warga kota dan kabupaten Bogor akibat demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat.

Hingga kemarin korban meninggal karena gigitan nyamuk aedes aegepti itu mencapai delapan orang. Naik lima angka. Sebelumnya, korban meninggal baru tiga orang. Jumlah penderita yang terjangkit juga naik. Dari sebelumnya 231 penderita pada pekan ketiga Januari 2019, kini naik menjadi 365 penderita.

Meski begitu, pemerintah kota dan kabupaten Bogor belum menetapkan kasus ini menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Bupati Bogor Ade Yasin beralasan masih sanggup mengatasi DBD. Hari ini (31/1), ia berencana melakukan aksi Gerakan Serentak (Gertak) pencegahan DBD.

“Untuk Kabupaten Bogor belum KLB (DBD). Memang yang meninggal sudah lima orang. Saya telah minta pihak rumah sakit melaporkan secara cepat,” ujar Ade Yasin kepada awak media saat melakukan rebo keliling (Boling) di Kantor Kecamatan Citeureup, Rabu (30/1/2019).

Pemkab kata dia, sudah melakukan penanganan dini atas melonjaknya kasus DBD yang kerap terjadi lima tahun sekali ini. Belakangan dia sudah menginstruksikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), camat, hingga kepala desa untuk penanganan DBD yang lebih serius. “Kita sudah bagikan gratis abate, dan foging akan kita lakukan secara gratis asal ada permintaan dari masyarakat,” tuturnya.

Dari 365 penderita DBD, korban asal Kabupaten Bogor paling mendominasi dengan jumlah

231 penderita. Sedangkan Kota Bogor 134 penderita. Begitu juga dengan korban meninggal. Warga Kabupaten Bogor masih mendominasi dengan lima korban. Dan Kota Bogor, tiga korban.

Menurut Kabid Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bogor, Agus Fauzi, 231 penderita DBD asal Kabupaten Bogor tersebar di 15 kecamatan. Sedangkan kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Cibinong, yaitu jumlahnya mencapai 34 kasus.

Selain di Cibinong, penyakit DBD juga menjangkit di 14 Kecamatan lainnya yakni Kecamatan Bojonggede: 23 kasus, Citeuterup: 15 kasus, Gunung Sindur :14 kasus, Cileungsi:13 kasus dan Gunung Putri: 7 kasus. (Selengkapnya lihat grafis)

Sebagai upaya penanganan, Agus mengaku telah memberikan surat edaran bupati tentang peningkatan sistem kewaspadaan dini (SKD) kepada para camat, kades, puskesmas, dan rumah sakit tentang penanggulangan DBD.

“Diharapkan masyarakat agar tidak resah, namun bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, berperilaku sehat, dan segera membawa ke fasilitas kesehatan terdekat bila terjadi gejala DBD,” kata Agus.
Untuk diketahui, gejala DBD yakni keluhan demam tinggi, pusing, sakit kepala, mual, muntah, nyeri uluhati, gusi berdarah dan lainnya. “DBD juga menyebabkan penurunan tekanan darah, puam, nyeri otot dan sendi,” tuturnya.

Sama dengan Kabupaten Bogor, meski kasus DBD terus naik, Pemkot Bogor belum menetapkan kasus tersebut sebagai KLB. Kasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular dan Surveilance (P3MS) Kota Bogor Sari Chandrawati menjelaskan pihaknya terus turun ke lapangan memantau wilayah. Bahkan di hari Sabtu maupun Minggu.

Jika ditemukan indikasi-indikasi DBD, maka akan segera dilakukan fogging. “Selain fogging, setiap Jumat akan dilakukan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak. Pelaksanaannya di kantor-kantor organisasi perangkat daerah, instansi hingga sekolah-sekolah,” ucapnya.

Sementara itu, melonjaknya kasus DBD membuat tenaga medis di sejumlah Rumah Sakit keteteran. Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong. Dari 400 tempat tidur yang tersedia semunya penuh. Sebanyak 50 velbed pun disiapkan mengantisipasi kenaikan jumlah pasien. Tempat tidur darurat tersebut dipinjam dari Yon Bekang Kostrad Cibinong.

“Dengan segala kemampuan pasien tetap kami terima. Velbed pun sudah mulai dipakai,” ujar Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cibinong, dr Luluk Susaeny.

Sejatinya meningkat kasus DBD hampir terjadi di seluruh Indonesia. Berdasarkan data situasi terakhir Data Kesakitan dari Kementerian Kesehatan per 29 Januari 2018, tercatat 13.683 pasien yang terjangkit DBD. 133 diantaranya meninggal dunia.
Daerah tertinggi diduduki oleh Jawa Timur dengan 2.657 pasien, kemudian disusul oleh Jawa Barat dengan 2.008 pasien, dan Nusa Tenggara Timur 1.169. Sementara untuk angka kematian, Jawa Timur masih menempati posisi tertinggi dengan 47 orang, disusul NTT sebanyak 14 orang, dan Sulawesi Utara yakni sebanyak 13 orang.

“Kita lihat memang terjadi peningkatan di januari ini tetapi kenapa tidak terjadi KLB karena angkanya masih jauh dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr Siti Nadia Tarmizi.

Menelusur tahun ke tahun, angka DBD di tahun 2019 diharapkan tidak setinggi tahun-tahun lalu misalnya di 2016. Tercatat, pada tahun itu pasien yang terkena DBD mencapai 204.171 orang dengan pasien meninggal sebanyak 1.598 orang. Sementara untuk tahun 2018, angkanya tidak setinggi di tahun 2016.

Tercatat sebanyak 53.075 pasien DBD dan pasien meninggal karena DBD dengan 344 orang. “2018 itu Jatim juga paling tinggi ada 7.800 kasus demam berdarah dengan angka kematian 80,” tandasnya. (fik/gal/han/d)