25 radar bogor

Tanaman Kopi di Sukamakmur Memasuki Panen Raya, Petani Mengeluh Butuh Modal

Panen Raya Kopi
Ratusan hektare tanaman kopi di Sukamakmur, Kabupaten Bogor, memasuki panen raya.
Panen Raya Kopi
Ratusan hektare tanaman kopi di Sukamakmur, Kabupaten Bogor, memasuki panen raya.

SUKAMAKMUR-RADAR BOGOR, Ratusan hektare tanaman kopi di Sukamakmur, Kabupaten Bogor, memasuki panen raya. Awal tahun ini, para petani kopi di kawasan tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 500 ton lebih kopi jenis arabica dan robusta.

Meski demikian, sejumlah kelompok tani kopi mengeluhkan perhatian modal dalam panen raya tersebut. Salah satunya seperti yang diungkapkan Petani Kopi Arca, Budi Irawan. Dalam panen raya kali ini, dirinya hanya mampu menampung 10 ton kopi.

“20 persennya atau lebih dari 20 ton jenis kopi arabica. Ada pengepul mampu menampung hingga 150 ton,” ujar Budi kepada Radar Bogor.

Sedangkan, seluruh panen didominasi kopi jenis robusta yang dikenal Java Robusta Bogor. Sementara khusus jenis Arabica, ditanam di wilayah ketinggian 1.000 mdpl tepatnya di wilayah Gunung Arca.

“Untuk ketersediaan stok kopi sudah jangan ditanya lagi berapa banyak. Tapi ada uang berapa? Sekarang kalau kopi asalan saja jika jumlah panennya 300 ton dikalikan Rp20 ribu harga petani sudah Rp6 miliar,” jelas Budi.

Untuk menampung panen, kata dia, anggota petaninya masih kekurangan modal. Kodisi ini menyebabkan para petani tertarik dengan tengkulak yang masih menerapkan ijon. Biasanya para petani mengambil uang lebih dulu, saat panen biji kopi dihargai lebih murah dari harga pasaran.

“Untuk itu kami membutuhkan pemodal. Kami dibantu Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, membentuk koperasi khusus kopi. Sehingga nantinya kopi Bogor dalam satu wadah, kami masih berjuang untuk itu,” jelasnya. Hingga saat ini, kata dia, kopi Sukamakmur tumbuh pesat sejak pembinaan yang dilakukan dinas.

Sementara itu, Penyulur Pertanian wilayah Sukamakmur, Distanhorbun, Asep Saepudin mengatakan, saat ini sudah ada beberapa pemodal bersedia memberikan bantuan. Tentunya, dengan sistem bagi untung sebanyak lima persen.

“Tahun kemarin tidak besar. Insyaallah tahun ini lebih besar. Awalnya di kasih Rp50 juta dengan keuntungan Rp2,5 juta per bulan. Tapi pemodal baik, keuntungan hanya diganti dengan kopi,” katanya.

Sementara itu, Kepala Distanhorbun Siti Nuryanti mengkui bahwa kurangnya modal yang dirasakan petani kopi. Menurutnya, tidak semua anggaran APBD diterima usulannya saat itu.

“Alhamdulillah, kita kadang mengajukan ke pemerintah pusat. Di sini banyak alat pertanian yang dibantu langsung,” tukasnya.(don/c)