25 radar bogor

Soal Garam Industri, Pemerintah Diminta Benahi Masalah dari Hulu

Ilustrasi petani tengah memanen produksi garamnya (DOK. JAWA POS)

JAKARTA – RADAR BOGOR, Pemerintah masih terus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan garam industri. Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai pemerintah seharusnya bisa membenahi masalah hulu komoditas garam. Salah satunya dengan meningkatkan keterampilan produksi para petani garam.

Peneliti CIPS Assyifa Szami Ilman mengatakan, impor garam tidak lepas dari belum mampunya para petani garam lokal untuk memenuhi kebutuhan industri.

Selain itu, harga garam lokal juga relatif lebih mahal daripada garam impor dan kualitasnya masih berada di bawah garam impor. Garam industri harus harus memenuhi ketentuan tertentu yang dibutuhkan industri.

“Dengan adanya peningkatan kapasitas petani, diharapkan ke depannya hasil produksi garam lokal juga bisa dipakai memenuhi kebutuhan industri sehingga pasar mereka semakin luas dan tidak hanya untuk garam konsumsi saja,” terangnya dalam keterangan resmi, di Jakarta, Selasa (22/1).

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud antara lain mengenalkan teknologi bercocok tanam secara teori maupun praktek, pelibatan iptek dan membuka kesempatan kepada para petani untuk belajar langsung ke negara-negara produsen garam besar di dunia. Selain itu, pemerintah juga seharusnya bisa memaksimalkan peran penyuluh pertanian supaya mereka bisa memberikan pendampingan kepada para petani.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, kebutuhan garam industri untuk 2018 berjumlah sekitar 3,7 juta ton. Industri yang membutuhkan jumlah garam terbesar adalah industri petrokimia yaitu sebesar 1.780.000 ton.

Berikutnya adalah industri pulp dan kertas yang membutuhkan pasokan garam industri sebesar 708.500 ton. Tempat ketiga diduduki oleh industri pangan yang membutuhkan pasokan garam industri sebesar 535.000.

Selain itu masih ada sederet industri yang membutuhkan pasokan garam industri, seperti pengasinan ikan, kosmetik, tekstil, sabun dan deterjen, pakan ternak, penyamakan kulit, pengeboran minyak dan lain-lain.

Jumlah kebutuhan ini, lanjut Ilman, diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya industrialisasi.

Seharusnya potensi peningkatan pendapatan petani melalui garam industri bisa segera ditanggapi seepat mungkin. Memperluas lahan tambak garam tidak akan sepenuhnya efektif tanpa adanya peningkatan keterampilan produksi petaninya.

Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Uji Sukma Medianti