25 radar bogor

Demi Sekolah, Siswi SMP di Sukamakmur Ini Bertaruh Nyawa Berenang Seberangi Sungai

Berenang Sebrangi Sungai
Rumiati (14). siswi SMP Negeri 2 Sukamakmur saat berenang menyebrangi Sungai Derasnya arus Sungai Cipamingkis.

JONGGOL-RADAR BOGOR, Derasnya arus Sungai Cipamingkis menyibak seragam Rumiati (14). Siswi SMP Negeri 2 Sukamakmur ini harus mempertaruhkan keselamatan jiwanya menerjang sungai agar bisa sampai ke rumah usai pulang sekolah. Seluruh pakaian yang dikenakanya basah. Di tepi sungai, biasanya Rus menunggu orang yang lebih dewasa menyebrang.

Satu persatu batu berhasil ia loncati. Sampai di tengah sungai, Ros sempat panik karena kitinggian air semakin dalam. Tak berselang lama, sejumlah warga menolongnya saat ditengah sungai.

Iya atuh mau bagaimana, kalau ke sana (jembatan lain, red) mah jauh,” ucapnya saat di wawancara di tepi sungai. Wajahnya sedikit tegang, namun mencair setelah teman sebayannya tertawa.

Ya, perjuangan Rus ini adalah salah satu dari warga di Kampung Bojong, Desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol yang kerap menyebrang sungai menuju sekolahnya. Rus mengatakan, harus berjalan kaki menyebrang sungai bagi warga yang tidak memiliki kendaraan.

Pasalnya, untuk ke sekolah ini harus menempuh lebih dari tujuh kilometer ke jembatan gantung terdekat yang berada di Desa Sukanegara. “Kalau menyebrang sungai paling 10 menit sudah sampai sekolah,” ucapnya.

Saat dikonfirmasi, Bupati Bogor, Ade Yasin berjanji bakal menindak lanjuti masalah tersebut. Pihaknya bakal memerintahkan anak buahnya untuk mengecek lokasi tersebut. “Pemerintah saya konsen juga pembangunan jembatan . Ada dua jembatan yang kami resmikan menggunakan CSR, satu jembatan bahkan sudah diresmikan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Kampung Bojong Yudi Tunggul menjelaskan, menyebrang sungai sudah menjadi kebiasaan warga. Walau dianggap menantang maut, namun tak ada pilihan lagi. Sebab, warga harus memutar jauh ketika hendak ke Pasar, Puskesmas, dan bersekolah.

Selama tidak ada jembatan, lanjut Yudi, wargannya mengandalkan sebilah bambu. Bambu itu dililitkan kain sarung kemudian dibentuk ayunan untuk dijadikan alat angkut hasil panen. Jika belum musim panen tiba, alat ini jadi langgganan mengendong anak sekolah hingga warga sakit. “Warga sukarela mengantarkan warga lainnya. Ada bahasa sedikasihnya saja,” ungkapnya.

Ditempat Terpisah, Kepala Desa Sukajaya Ujang Royani, menjelaskan lokasi ini menjadi objek vital akses masyarakat. Sebanyak 923 kepala keluarga atau sekitar 2.500 jiwa hidup di kampung tersebut.

Ujang mengatakan, untuk membangun jembatan ini dibutuhkan dana yang tidak sedikit yakni diperkirakan mencapai Rp1,3 miliar. Dana itu pun hanya mampu membangun dengan lebar 2,5 meter dan panjang 70 meter.
“Dulu pernah membicarakan ini namun sampai sekarang belum terealisasi. Karena kami yang lebih butuh. Warga dari sana ke sini (Sukamakmur, red) hanya berkebun. Di sana hanya pemukiman,” paparnya.

Ujang menyebut keinginan warga begitu besar untuk memiliki jembatan. Warga sudah mengibahkan lahan untuk dijadikan jembatan. Dikit demi sedikit tiang pancang sudah dibangun sebanyak empat buah. Namun sudah dua tahun lebih tiang tersebut tidak dilanjutkan.

Sekarang naik kendaraaan ongkosnya mahal, jual hasil tani butuh biaya bertambah lagi, jadi sampai sekarang warga memilih menyebrang lewat sungai,” ungkapnya.

Warga berharap 100 hari kinerja Bupati Ade Yasin dan Iwan Setaiwan dapat mewujudkan impian warga memiliki jembatan. (don/c)