25 radar bogor

Pemilu 2019 Penuh Tantangan, Parpol dan Caleg Perlu Matangkan Strategi Pemenangan

Kegiatan Obrolan Serius Mencari Solusi (Obsesi) Radar Bogor, di Graha Pena, Jalan KH Abdullah Bin Nuh Kota Bogor, Kamis (17/1/2019).

BOGOR-RADAR BOGOR, 2019 merupakan tahun bersejarah dalam pesta demokrasi Indonesia, yakni digelarnya Pemilihan Legislatif  (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) secara serentak di seluruh Indonesia.

Kondisi itu menuntut partai politik dan calon legislatif (caleg) untuk bekerja keras meraih suara masyarakat dengan strategi-strategi baru, tidak lagi mengandalkan kekuatan dan pola-pola lama, apalagi tetap mengikuti tren politik uang.

Seperti yang terungkap dalam kegiatan Obrolan Serius Mencari Solusi (Obsesi) Radar Bogor, di Graha Pena, Jalan KH Abdullah Bin Nuh Kota Bogor, Kamis (17/1/2019).

Mengusung tema Strategi Pemenangan Pileg dan Pilpres 2019, sejumlah elit politik kota dan kabupaten Bogor dihadirkan dalam dialog yang dilaksanakan pukul 13.00 WIB itu.

Salah satunya Ketua DPD PAN Kota Bogor Safrudin Bima. Menurutnya, konsep dan strategi PAN dalam memangkan Pileg 2019 sangat sederhana.

“Pertama ada istilah tak kenal maka tak sayang. Masyarakat bagaimana mau memilih caleg jika tak dikenal oleh masyarakat,” ungkapnya.

Ia menekankan kepada para Caleg PAN bahwa mereka harus dekat dengan masyarakat, dab kejar keras melakukan perubahan terhadap fase-fase kehidupan politik.

Kedua lanjutnya, harus ada keberpihakan kepada masayrakat. Hal itu menurutnya sangat penting, karena ukuran caleg itu disukai masyarakat dari keberpihakan.

“Bukan apa yang dibagi, tapi sikap kita terhadap persoalan kehidupan di masyarakat, kita harus berani bersikap. Ada pelayanan publik yang kurang maksimal, kita bantu komunikasikan biar maksimal,” tegasnya.

Ketiga tambahnya adalah konsep manfaat. Selain dikenal dan keberpihakan, Caleg PAN juga harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

“Sebenarnya ini adalah konsep-konsep realistis tapi sangat penting. Terkait dengan APK (Alat Peraga Kampanye, red), efeknya tidak terlalu  tinggi dalam meraih suara,” tukasnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris DPC PDIP Kota Bogor Vajireh Sitohang. Menurutnya, terkait strategi PDIP menyerahkan sepenuhnya kepada para caleg bagaimana pola untuk mencari suara.

“Kalau partai baru mungkin pakai pola zonasi, kalau kita sudah susah karena kita punya basis-basis massa tradisional sendiri,” katanya.

Mengenai APK, ia sepakat dengan pernyataan Ketua DPD PAN Safrudin Bima. Bahwa, APK sebenarnya tidak berpotensi menarik suara, hanya untuk memberitahukan publik soal pencalegan.  “Jadi APK  itu cuma untuk memberitahukan bahwa kita nyaleg di Kota Bogor, jadi pola itu sudah tidak berlaku buat kita,” tuturnya.

Saat ini lanjut dia, intinya bagaimana caleg itu mendekat diri kepada masyarakat. “Pertama bicara popularitas, kedua kesukaan, ketiga melakukan kepastian bahwa dia dipilih, artinya kalau dia caleg yang sudah cerdas dia akan melakukan tahapan ini untuk meraih suara,” jelasnya.

Pola-pola pendekatan ke masyarakat juga digunakan oleh Partai Golkar. Sepreti yang disampaikan oleh Ketua DPD Golkar Kota Bogor, Tauhid J Tagor. Menurutnya, masyarakat saat ini sudah semakin pintar, sehingga pola-pola money politic tidak begitu ampuh untuk meraih suara.

“Jadi sekarang bagimana persuasif kita ke masyarakat, itu juga sangat diperhitungkan selain tim darat yang jalan,” katanya.

Tak hanya itu, pendekatan-pendakatan terhadap wilayah juga sangat penting. Apalagi, Golkar juga memiliki basis massa yang tradisional.

“Tapi kita tidak hanya bergerak disitu, harus masuk ke tempat-tempat lain, karena memang ini momen kita berkompetisi, partai lain juga sama gak mungkin engga. Tinggal kita di internal koordinasi biar tidak terjadi benturan-benturan,” pungkasnya. (ysp)