25 radar bogor

Bos Krakatau Steel Angkat Bicara Usai Disebut Bangkrut oleh Prabowo

JAKARTA – RADAR BOGOR, Dalam pidato kebangsaan berdurasi 1 jam 24 menit di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (14/10), Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menyinggung nasib keuangan beberapa BUMN yang dibilang bakal bangkrut dan hancur. Salah satu BUMN yang disebut oleh mantan Danjen Kopassus bakal bangkrut tersebut adalah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

“Pertamina sekarang juga dalam keadaan sulit, PLN, Krakatau Steel sekarang juga utangnya mengerikan. Kalau ada BUMN yang untung, untungnya tak seberapa,” ujar Prabowo.

Bagaimana kondisi keuangan Krakatau Steel?

Berdasarkan Laporan Keuangan Krakatau Steel triwulan III-2018, tercatat perseroan memang masih merugi USD 36,7 juta. Namun, kerugian itu sudah turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 78,6 juta.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menuturkan perseroan juga mengalami kenaikan pendapatan bersih sebesar 22,71 persen (YoY), dan laba/rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas produk meningkat sebesar 50,19 persen (YoY).

Silmy menegaskan adanya penurunan kerugian yang drastis itu membuat perusahaan optimis bisa tumbuh lebih baik lagi tahun ini. Salah satu buktinya adalah dengan adanya rencana dua proyek besar yang bakal diluncurkan Krakatau Steel pada tahun ini. Proyek tersebut akan menjadi titik balik bagi perseroan dalam mengembangkan bisnisnya.

Proyek pertama adalah pembangunan Blast Furnace Complex. Pabrik tersebut akan berdiri pada area Blast Furnace Complex PTKS seluas 55 Hektare. Ini merupakan proyek yang dilakukan oleh Konsorsium kontraktor yang terdiri dari MCC CERI dari China dan PT Krakatau Engineering (PTKE).

Dengan adanya Blast Furnace Complex, biaya produksi baja akan turun sebesar USD 50 per ton. Silmy mengatakan, dengan beroperasinya pabrik Blast Furnace di PTKS maka akan menambah fasilitas iron making.

“Ini merupakan suatu awal dari rangkaian usaha Perseroan untuk meningkatkan daya saing di sektor hulu, dimana Fasilitas Blast Furnace merupakan teknologi berbasis batu bara. Penggunaan batu bara ini juga akan meningkatkan fleksibilitas penggunaan energi serta mengurangi ketergantungan terhadap gas alam yang yang diproyeksikan yang akan terus mengalami kenaikan harga dan keterbatasan”, ujar Silmy di Jakarta, Selasa (15/1).

Dalam Blast Furnace Complex, juga terdapat Sinter Plant yang memiliki kapasitas 1,7 juta ton per tahun, Hot Metal Treatment Plant dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun, Coke Oven Plant dengan kapasitas 555 ribu ton per tahun. Sebagai penunjang, terdapat Raw Material Handling (Stockyard) yang mampu menampung 400 ribu ton per tahun.

Proyek lainnya adalah penambahan kapasitas baja lembaran panas melalui pembangunan Hot Strip Mill #2 yang sudah mencapai 90,23 persen terhitung per November 2018. Proyek pemasok baja Hot Rolled Coil dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun ini ditargetkan selesai pada April 2019. Proyek Hot Rolled Coil existing Krakatau Steel bahkan mengalami pencapaian yang sangat baik hingga akhir 2018.

“Rekor volume penjualan HRC berhasil dicapai pada bulan Oktober 2018 yang mencapai 127.005 ton, setelah sebelumnya pada bulan Maret sempat mencapai 120.843 ton. Sementara total volume penjualan produk baja Perseroan selama Januari-September 2018 mencapai 1.595.260 ton, atau naik 14,24 persen Year-on-Year (YoY) dari 1.396.422 ton selama periode yang sama tahun lalu. Kami juga mencatat rekor produksi HRC tertinggi sebesar 189.702 ton pada November 2018,” tegas Silmy.

Selanjutnya soal efisiensi, perseroan pun telah melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional di Hot Strip Mill terkait dengan peningkatan produktivitas pabrik serta penghematan konsumsi energi dan bahan consumables seperti konsumsi gas, listrik, dan work roll dengan total penghematan mencapai Rp. 593 miliar hingga November 2018. “Selama Januari-September 2018, Krakatau Steel memiliki pangsa pasar Hot Rolled Coil sebanyak 40 persen, sisanya adalah pangsa produsen domestik lain dan impor,” pungkasnya.

Editor : Saugi Riyandi
Reporter : Uji Sukma Medianti