25 radar bogor

Gagal Lelang ARV, Kemenkes Jamin Persediaan Obat untuk ODHA Aman 10 Bulan ke Depan

Ilustrasi HIV-AIDS
Ilustrasi HIV-AIDS

 

Ilustrasi HIV AIDS

JAKARTA–RADAR BOGOR,Desember lalu Kementerian Kesehatan gagal untuk melakukan tender pengadaan Antiretrovirals (ARV). Hal tersebut dikhawatirkan akan memengaruhi keberadaan obat untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Namun Kemenkes menjamin bahwa persediaan masih ada hingga 10 bulan ke depan.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Engko Sosialine Magdalene mengatakan bahwa pemerintah masih memiliki persediaan ARV untuk 10 bulan ke depan.

Menurutnya, jumlahnya tidak hanya untuk ODHA yang sudah mengalami pengobatan. Kementerian Kesehatan menurutnya, sudah melakukan tindakan antisipatif terkait ketersediaan ARV bagi ODHA baru.

”Setelah kami hitung, ketersediaan ini bisa sampai sepuluh bulan ke depan. Tidak masalah,” kata Engko. Jumlah yang dimaksudnya merupakan ARV dengan fixed dose combination (FDC) dan ARV lepasan.

Sepanjang 2018 ada sekitar 2.135.365 orang yang mengikuti tes HIV. Dari jumlah tersebut terdapat 314.413 pasien baru.

Dia menjelaskan bahwa pihaknya telah mengimpor ARV FDC. FDC sendiri terdiri dari tenofovir, lamivudine, dan evafirenz (TLE). Menurut Engko, obat ARV kombinasi jenis TLE masih bisa digunakan sampai empat bulan ke depan. ARV jenis tersebut memang digunakan oleh mayoritas penderita HIV/AIDS di Indonesia.

Kemenkes sendiri sebenarnya telah mengupayakan pengadaan ARV TLE dan saat ini telah dilakukan pengiriman TLE sebanyak 564 ribu botol. Jika obat ini sudah ada maka stok aman hingga akhir tahun.

Ketika Mei nanti ARV FDC LTE ini tidak tersedia, maka Engko menyarankan agar ODHA menggunakan ARV lepasan. Tidak ada efek samping terkait penggantian obat tersebut. Asalkan ODHA tetap patuh dalam minum obat. Menurut data Kemenkes, untuk pasien yang menggunakan FDC LTE ini sebanyak 43.615 pasien.

Sebelumnya Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition (IAC) Aditya Wardhana mengatakan bahwa ARV FDC LTE langka. Dia khawatir dengan jumlah obat yang ada sekarang, akan mengganggu pengobatan pengidap HIV/AIDS.

”Obat ini tidak menyembuhkan namun dapat menekan jumlah virus HIV dalam tubuh. Sehingga ODHA bisa tetap sehat dan berpeluang hidup lebih lama,” ujarnya.

Pengobatan dengan ARV ini menurutnya merupakan pengendalian infeksi HIV/AIDS di banyak negara.

Sehingga epidemic HIV/AIDS ini mudah dikontrol. Penggunaan ARV secara teratur juga menurunkan stigma bagi ODHA. Sebab, mereka bisa beraktivitas seperti pada umumnya.(lyn)