25 radar bogor

Awas! DBD Mulai Mewabah, Sudah 52 Warga Kota Bogor Terjangkit

kasus DBD
Ilustrasi kasus DBD di Kota Bogor meningkat.
Ilustrasi Demam Berdarah

BOGOR-RADAR BOGOR, Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai mewabah di Kota Bogor. Hingga kemarin ada 52 warga Kota Hujan terjangkit penyakit yang dibawa nyamuk aedes aegypti itu. Meski tak  sampai merengut nyawa, masyarakat tetap harus waspada. Berkaca pada tahun 2018, delapan warga Bogor meninggal disebabkan DBD.

Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Surveilance (P3MS) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Sari Chandrawati menuturkan di tengah kondisi cuaca yang tak menentu akhir-akhir ini membuat nyamuk pembawa virus dengue itu berkembang lebih cepat.

Itu kemudian didukung banyaknya tempat perindukan nyamuk. Mulai dari sampah yang menampung air seperti kantong-kantong makanan yang dibuang sembarangan, ban bekas hingga kaleng-kaleng bekas.

“Ini yang harus diperhatikan oleh masyarakat, caranya dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” ujarnya kepada Radar Bogor.

Jika berkaca pada data tahun 2018, jumlah penderita DBD di awal Januari 2019 terjadi peningkatan.“Rekor paling tinggi di Januari 2017 ada 127 orang, lalu turun Januari 2018 menjadi 41 orang dan sekarang naik jadi 52 orang,” katanya.

Namun berdasarkan data pertahun-nya, justru terjadi penurunan penderita DBD. Seperti di tahun 2016 ada 1.225 penderita, 2017: 849 penderita dan 2018: 727 penderita. Dia mengingatkan agar kegiatan PSN seperti menguras, menutup, mendaur ulang serta memakai lotion anti nyamuk (3M Plus) terus digalakan. “Jika ini dilakukan maka tindakan fogging tidak perlu,” imbuhnya.

Berbagai upaya pencegahan juga terus dilakukan pihaknya. Misalnya jika ada penderita DBD di suatu wilayah, maka petugas puskesmas akan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke wilayah dimana penderita tinggal.

Kemudian memeriksa rumah-rumah dalam radius 100 meter untuk memastikan apakah ada jentik nyamuk atau tidak. Setelah itu mencari lagi apakah ada penderita DBD lain atau penderita panas. Jika ditemukan kedua hal itu maka hasilnya positif. Sedangkan jika tidak maka hasilnya negatif.

“Intinya ketika terjadi penularan menandakan kepadatan nyamuk yang harus segera di kendalikan melalui salah satu upaya berupa fogging,” tegasnya.

Jika di Kota Bogor penderita DBD cenderung menurun per tahun, namun tidak dengan Kabupaten Bogor. Catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor menunjukkan adanya peningkatan kasus DBD.

Kepala Program Penanggulangan DBD Dinkes Kabupaten Bogor, Ade Kurniawan menjelaskan kasus DBD pada tahun 2018 mencapai 737 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya 276 kasus.  “Di tahun 2018 tercatat sebanyak 737 kasus dengan penderita meninggal dunia delapan orang,” ungkapnya.

Angka penderita DBD di Kabupaten Bogor dua tahun belakangan ini menurutnya belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tahun 2016. Dinkes Kabupaten Bogor mencatat ada sebanyak 3.442 kasus DBD di tahun 2016. Dari angka tersebut, 45 orang di antaranya meninggal dunia. “Itu siklus lima tahunan. Makanya jumlahnya berkali-kali lipat dari dua tahun belakangan ini,” bebernya.

Berdasarkan catatannya, ada 11 wilayah di Kabupaten Bogor yang endemis DBD. Antara lain, Cibinong, Gunung Putri, Rancabungur, Bojonggede, Leuwiliang, Ciampea, Parung, Cileungsi, Tajur Halang, Klapanunggal, dan Sukaraja.

Ia berharap masyarakat mawas diri terhadap pencegahan penyakit DBD. “Minimal dengan mengaplikasikan himbauan 3M, yaitu menguras, mengubur, dan menutup,” tukasnya. (gal/fik/d)