25 radar bogor

Bukannya Dapat Pengobatan, Orang Tua Aditia Malah Diminta Uang oleh Oknum Desa

Aditia Zaenul Al-Muttaqin, penderita tumor bersama orang tuanya.
Aditia Zaenul Al-Muttaqin, penderita tumor bersama orang tuanya.

BOGOR-RADAR BOGOR, Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang dialami Fitri (34) dan Suaminya Ayi (26). Bukannya mendapatkan perlakuan pelayanan yang maksimal terkait kondisi tumor anak mereka, justru keluarga ini dimintai uang oleh oknum desa.

“Operasi pertama berhubung kami ada uang yang ngurus kami sendiri. Waktu itu habis sejuta saya pakai untuk sewa mobil warga sebesar Rp1 juta. Terus beberapa hari lalu saya ke rumah sakit di Depok, saya diminta Rp150 ribu pakai mobil siaga desa. Pulangnya saya naik angkot sama istri sama anak saya,” ujar Ayi kepada Radar Bogor, kemarin.

Ia mengaku untuk mendapatkan uang sebesar itu perlu mengumpulkannya dalam waktu lama. Sebagai pekerja serabutan, penghasilannya hanya sekitar Rp20-30 ribu perhari. “Saya serabutan paling segitu pak penghasilanya (bongkar muat,red),” ucapnya.

Sambil menangis, Ayi berharap anaknya Aditia Zaenul Al-Muttaqin segera dioperasi. Rencannya, Rabu (9/1) akan  dibawa ke RS Fatmawati. Namun batal lantaran tak ada kabar yang jelas “Jujur kalau sama kepala desa ini saya belum pernah merasa dibantu, baru hari kemarin saja (istri, red) ke kantor desa, ” ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan, Ibu Adit, Fitri. Ia mengaku BPJS yang dimilikinya bukan masuk kategori penerima bantuan iuran (PBI) melainkan mandiri kelas III. Dengan kondisi itu, beban yang ditanggung kedua orang tuanya dirasa cukup berat.

Sementara itu saat dikonfirmasi, Kepala Desa Gunungsari, Hendra Fermana menepis jika desa tidak memberi bantuan. Ia berjanji akan menjelaskan terkait penanganan Aditia, bocah malang penderita tumor,. Sebaliknya, desa berkordinasi dengan Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) untuk keperluar wagannya.

“Fitria ini warga tidak mampu rencana kami akan didaftarkan BPJS PBI. Satu lagi, saat menangani Aditia, saya juga sedang mengurus warga lainnya di RSUD Ciawi, Nyai Jenab, penderita tumor, dan ia melahirkan bayinya prematur,” katannya.

Terkait pembayaran mobil siaga, Hendra menegaskan tidak ada praktik pungutan bagi wargannya. Seluruh warga dipastikan mengunakannya fasilitas kendaraan secara gratis. Ia mengancam bakal memecat jika ada supir yang nakal.

“Tidak seperti itu, (seharusnya, red) free. saya yang ngasih bensin dan gaji supir. Kalau seperti itu supir siaga saya pecat,” tegasnnya.

Kasus ini mendapatkan sorotan dari Camat Citeureup, Asep Mulyana. Menurutnya, kelengkapan administrasi BPJS milik Aditia sudah lengkap. Recanannya Adit besok pagi (hari ini, red) mau diantar ke RS Fatmawati. “Untuk anak yang terkena penyakit tumor, tadi pagi (kemarin, red) pihak pemerintah desa sudah berupaya melengkapi persyaratan administrasinya, mudah-mudahan bisa secepatnya dan anak tersebut bisa dioperasi,” terang Camat.

Dinas Sosial melalui, Kabid Sosial Lenny Rachmawati mengatakan, kasus ini akan ditindak lanjuti ke bidang Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) yang nantinya menangani fakir miskin, sekaligus menangani BPJS-nya. “Tentu kami akan tindak lanjuti,” tegasnya.

Ditempat Terpisah, Humas BPJS Kesehatan Cibinong, Wahyo Bhyantoro menjelaskan, untuk perubahan BPJS Mandiri ke PBI sebenarnya dapat dilakukan. Asalkan, mengurusnya mulai dari RT/RW hingga desa setempat. Setelah didata sebagai warga yang tidak mampu, data tersebut bakal divalidasi di tingkat kecamatan, kemudian dibawa ke Dinsos untuk diserahkan ke BPJS Kesehatan.(don/c)