25 radar bogor

Khawatir Tak Kondusif, Bupati Tolak Angkot Modern Beroperasi di Kabupaten Bogor

Angkot Modern saat mengaspal di jalanan di Kota Bogor. Nelvi/Radar Bogor

CIBINONG-RADAR BOGOR, Wacana angkot modern beroperasi di Kabupaten Bogor ditanggapi serius Bupati Ade Yasin. Ia khawatir, angkot berfasilitas lengkap itu menuai problem baru di Kabupaten Bogor.

Ia menjelaskan, selama ini di Kabupaten Bogor memiliki banyak rute angkot, hanya saja kekurangan armadanya. Tapi, untuk bisa menerima operasional angkot dengan fasiltas AC, TV, wifi, mesin tapping e-money dan CCTV itu bukan perkara mudah.

“Saya khawatir juga tidak kondusif ketika dipaksakan,” ungkapnya saat ditemui Radar Bogor di Pendopo, Jumat (4/1).

Terlebih, menurutnya sampai sekarang masyarakat belum melakukan komplain terkait kurangnya angkot di Kabupaten Bogor.

“Masyarakat belum komplain. Cuma kalau memang mau lewat yang penting jangan berbenturan trayeknya dengan yang lain,” terangnya.

Politisi PPP itu menganggap bahwa operasional angkot moderen tidak seutuhnya dialihkan ke wilayah Kabupaten Bogor. Karena, untuk melintas antar wilayah, seperti halnya dari Cibinong menuju Leuwiliang pasti melintas di jalan Kota Bogor. “Ongkosnya juga pasti mahal ya karena pakai AC, daya bayar masyarakat juga harus dipertimbangkan,” kata Ade.

Terpisah, Koperasi Duta Jasa Angkutan Mandiri (Kodjari) sebagai pengelola angkot modern kelimpungan lantaran tak kunjung bisa beroperasi di Kota Bogor.

Badan Pengawas Kodjari, Dewi Jani Tjandra mengaku telah mengajukan permohonan ke Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Barat agar sebelas unit angkot modern bisa dialihkan menjadi kendaraan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Sasarannya antara lain trayek Bogor (Pasar Anyar) ke Citeureup.

“Sudah dilayangkan. Secepatnya sih katanya ada keputusan, setelah rapat. Mungkin setelah sampai suratnya. Senin itu mereka rapat,” ujarnya.

Meski sudah memberitahukan rencananya pada Dishub Kota Bogor, tapi ia belum meminta restu pada Dishub Kabupaten Bogor, dengan alasan menunggu keputusan Dishub Provinsi Jabar. “Kami ingin itikad baik saja sebelum pindah. Katanya sih (Dishub Kota Bogor, red) mau dirapatkan dulu Senin besok juga,” paparnya.

Keputusan ini menurutnya diambil karena tak kunjung ada kejelasan soal operasionalnya di Kota Bogor. Ia terpaksa gigit jari karena dibuat menunggu dengan kewajiban membayar angsuran mobil setiap bulannya. “Makanya kami coba jalan di jaringan lain,” kata Dewi.(fik/c)