25 radar bogor

IPB Siapkan Sekolah Kopi untuk Menunjang Kemajuan Kopi Indonesia

Rektor IPB, Dr. Arif Satria pada Sarasehan Nasional Kopi, Sabtu (15/12) di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Rektor IPB, Dr. Arif Satria pada Sarasehan Nasional Kopi, Sabtu (15/12) di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga, Bogor.

BOGOR-RADAR BOGOR, Sebagai komoditas ekspor unggulan Indonesia, kopi menjadi perhatian semua pihak supaya kualitasnya tetap unggul dan produksi meningkat.

Untuk mewujudkan upaya tersebut perlu adanya sinergitas antara pemerintah, petani, dan akademisi atau peneliti. Sebagai perguruan tinggi, Institut Pertanian Bogor (IPB) menyambut tantangan tersebut dengan akan dibukanya peminatan Sekolah Kopi di program vokasi IPB tahun 2019 mendatang.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Rektor IPB, Dr. Arif Satria pada Sarasehan Nasional Kopi, Sabtu (15/12) di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga, Bogor.

“Berbicara kopi, ini menarik untuk kita karena tren kopi di dunia sudah tidak diragukan lagi. Nah sekarang IPB sedang menyiapkan roadmap kopi, salah satunya adalah akan dibuka peminatan kopi di Sekolah Vokasi tahun 2019,” ujar Dr. Arif Satria.

Menurutnya, kopi merupakan sebuah komoditi yang harus diperhatikan dari hulu sampai hilir oleh semua pihak. Dengan dibukanya program peminatan kopi ini diharapkan mampu menciptakan sistem on farm yang bagus dan proses pasca panen termasuk food processing dapat terjamin dan menghasilkan produk berkualitas. Ia juga berharap, melalui program peminatan kopi ini dapat dihasilkan lulusan berkualitas yang siap menjadi barista handal.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Arif Satria menuturkan bahwa tren anak muda sekarang lebih suka minum kopi daripada minum teh. Ia juga berencana untuk membangun coffee shop yang diperuntukkan bagi mahasiswa.

Pembangunan coffee shop ini dimaksudkan supaya mahasiswa menikmati kopi di sela-sela perkuliahan. Coffee shop tersebut akan dibangun berdekatan dengan student service center supaya mahasiswa dapat mengajukan layanan sambil menikmati kopi.

Tahun 2018, kopi menyumbang 34,5 persen kontribusi ekspor perkebunan Indonesia. Volume ekspor kopi pada tahun 2018 sebesar 229,73 ribu ton dengan nilai ekspor 669,5 juta USD atau setara dengan 10,19 triliun rupiah. Volume ekspor dan nilai ekspor tersebut mengalami penurunan dari tahun 2017 dimana volume ekspornya mencapai 467,8 ribu ton seharga 1,19 milyar USD atau setara dengan 16,08 triliun rupiah.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Ir. Bambang MM menyatakan bahwa kontribusi perkebunan secara umum terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat sebesar 471 triliun rupiah pada tahun 2017. Sedangkan capaian ekspor perkebunan meningkat sebesar 6,33 persen dari tahun 2017 yang hanya 341,7 triliun menjadi 432,4 triliun rupiah.

“Tantangan terbesar bagi anak-anak muda dan para guru besar di Indonesia adalah pada tingkat produktivitas kopi. Produktivitas kopi di Indonesia masih tertinggal dari negara lain, kopi Indonesia baru mampu berproduksi sekira 0,6 ton per hektar, sedangkan kopi di Brazil sudah mampu berproduksi sekitar 4 ton per hektar,” tutur Bambang.

Bambang menuturkan bahwa salah satu permasalahan perkebunan dan bisnis kopi masih didominasi di daerah hulu. Permasalahan tersebut adalah rendahnya produktivitas kopi Indonesia yang hanya 0,6-0,7 ton per hektar. Jumlah tersebut masih kalah jika dibandingkan dengan Vietnam yang sudah melebihi 2 ton per hektar.

Di sisi lain, perkebunan kopi yang masih didominasi oleh perkebunan rakyat juga menjadi persoalan serius yang perlu ditangani. Sebanyak 96,11 persen lahan kebun kopi di Indonesia masih dikelola oleh petani sehingga perlu adanya pendampingan dari berbagai pihak.

Menurutnya, pendampingan petani ini penting dilakukan mengingat kualitas produk kopi juga ditentukan dari proses budidaya kopi yang baik dan benar. Pendampingan yang dimaksud adalah pendampingan budidaya sampai pasca panen buah kopi.

“Yang perlu kita kejar saat ini adalah produk kopi yang unggul. Unggul dari segi kualitas maupun kuantitas. Khasnya kopi Indonesia itu adalah kopi spesialti, yang mungkin tidak ada di negara lain sehingga perlu dijaga kualitasnya dan ditingkatkan kuantitasnya,” pungkas Bambang.(rosyid/Zul)