25 radar bogor

Himawipa IPB Gelar Pelatihan Ekspor, Arab Saudi Lebih Tertarik Produk Indonesia

Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Himawipa IPB) saat menggelar pelatihan ekspor yang kedua kalinya, Sabtu (15/12) di Bogor.
Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Himawipa IPB) saat menggelar pelatihan ekspor yang kedua kalinya, Sabtu (15/12) di Bogor.

BOGOR-RADAR BOGOR, Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Himawipa IPB) berhasil menggelar pelatihan ekspor yang kedua kalinya, Sabtu (15/12) di Bogor.

“Agenda ini merupakan agenda tahunan Himawipa IPB. Tahun ini, seminar menghadirkan trainer langsung dari Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan dan beberapa praktisi ekspor komoditas pertanian. Dari kegiatan ini kami berharap mahasiswa bisa lebih antusias lagi untuk mendalami seluk beluk bisnis ekspor,” kata Julian, Ketua Pelaksana.

Menurut Julian, pelatihan ekspor ini, dilatarbelakangi paradigma masyarakat khususnya pemuda mahasiswa yang menganggap bisnis eksportir itu rumit, dan kurang prospektif serta memakan modal besar. “Padahal sebenarnya bisnis ekspor memiliki prospek yang besar, modal kecil pun bisa dan prosedur yang tidak sesulit yang dibayangkan. Contohnya adalah potensi ekspor Indonesia ke daerah Timur Tengah, seperti Saudi Arabia,” ujar Julian.

“Jika ada tiga atau empat barang ekspor dari negara berbeda di Saudi, dengan kualitas dan harga yang sama, maka saya yakin barang yang akan dipilih oleh orang Saudi adalah barang made in Indonesia, karena secara emosional Saudi lebih dekat dengan Indonesia dibandingkan negara eksportir seperti China, Amerika dan lainnya,” ucap Nursyamsi Mahyuddin, M.Si dari PPEI.

Nursyamsi menyampaikan materi seputar pemahaman dasar bisnis ekspor, peluang ekspor, karakteristik negara tujuan ekspor, informasi-informasi akses pasar ekspor, trik dan tips ekspor, serta metode pembayaran ekspor. “Percaya tidak percaya bahwa ada cara ekspor barang dengan biaya ekspedisi hanya Rp50 per kilogram, tentunya dengan kiat-kiat tertentu. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak berani berbisnis ekspor,”tandasnya.

“Bagian tersulit bisnis ekspor bukan mengurus pembayaran atau pengirimannya. Namun bagaimana mencari barang dengan kualitas terbaik dan dibutuhkan pasar dan mencari pembelinya,” ujar Nusyamsi.

Pelatihan ini diikuti oleh 25 peserta yang terdiri mahasiswa dan masyarakat umum. Setelah pelatihan ini Himawipa menerangkan bahwa mereka akan membersamai para peserta pelatihan yang berkomitmen bisnis ekspor sampai berhasil mengekspor melalui mentoring via WhatsApp Group.

Sebagai organisasi mahasiswa (ormawa), Himawipa berharap mahasiswa IPB khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk melirik bisnis ekspor. Potensi Indonesia yang sangat melimpah akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan oleh rakyatnya sendiri.

“Jangan mau terdisrupsi oleh kemajuan teknologi, namun manfaatkanlah teknologi untuk kesejahteraan bersama,” tegas Nursyamsi. (IS/ris)