25 radar bogor

Nyaleg, Driver Ojol Ini Tempel Banner di Punggungnya

Edy Winarto. (dok.Jawapos)

SURABAYA-RADAR BOGOR,  Tekad Edy untuk menjadi wakil rakyat sudah bulat. Meski terlahir bukan dalam kondisi kecukupan dan dari kalangan berada, namun pria yang hanya bekerja sebagai driver ojek online tersebut memantapkan diri untuk maju nyaleg.

Ia berniat menjadi Anggota DPRD Surabaya. Meski tergolong nekat, keinginannya tersebut tak lepas dari keinginannya untuk menolong beberapa kawan, tetangga yang bercerita perihal problematika sehari-hari.

Mulai dari keruwetan birokrasi mengurus administrasi berobat di Rumah Sakit, keinginan tetangganya untuk mempunyai gerobak berdagang hingga persoalan lainnya.

“Kalau saya jadi (anggota DPRD Surabaya) saya tidak akan membiarkan masyarakat kesulitan berobat di Rumah Sakit atau Puskesmas. Lek perlu, petugas medise tak amuki (Kalau perlu petugas medisnya saya marahin,Red),” ujarnya kepada JawaPos.com, Minggu (12/6) malam.

Dengan keterbatasannya, terutama dari segi finansial, Edy seolah tak peduli. Cita-citanya menyejahterakan masyarakat mendorongnya maju nyaleg di Dapil 1 Partai Perindo. Belum memasuki kampanye saja, Edy sudah terseok-seok sewaktu hendak mendaftarkan diri sebagai caleg.

Pasalnya, ia harus menyiapkan dana Rp 1 juta untuk meng-cover biaya pendaftaran. Jumlah tersebut, dirasa masih terlalu berat bagi Edy yang hanya seorang driver online. Tak patah arang, ia pun iseng berkeluh-kesah kepada rekannya di Perindo.

Bak gayung bersambung, Edy tak mengira jika kawannya tersebut meneruskan ceritanya kepada Sekretaris DPD Perindo Surabaya, Sukma Sahadewa dan Ketua DPD Perindo Surabaya Samuel Teguh Santoso.

Perindo pun akhirnya membiayai separuh biaya pendaftaran Edy. Jadi, ia hanya perlu merogoh kocek Rp 500 ribu untuk tes kesehatan dan narkoba. Sisanya, untuk membayar biaya formulir mengurus SKCK.

“Sakjane sing mbayari iku sekretaris (Asliya yang membayar formulis pendaftaran saya itu Sekretaris DPD Perindo,Red). Ya, saya bilang ke Ketua, terima kasih pak,” kata Edy.

Usai ketar-ketir dengan pendaftaran, Edy pun dinyatakan lolos dan resmi menjadi caleg Perindo Dapil I yang meliputi 6 kecamatan. Namun memulai lembaran baru sebagai caleg, bukan berarti tanpa tantangan. Lagi-lagi, ia harus bersinggungan dengan persoalan biaya.

Semua pihak mengetahui, apabila biaya kampanye itu mahal. Sangat mahal, bagi Edy yang hanya seorang driver ojek online. Pria 47 tahun tersebut akhirnya menceritakan segala kegalauannya kepada kawannya sesama driver online dan tetangganya yang juga mantan Ketua RT 5 Dupak Bangunrejo Slamet Yulianto

Slamet lalu menyarankan Edy menggunakan banner gambar surat suara dirinya sebagai caleg. Edy awalnya ragu dengan ide tersebut. Beberapa hari kemudian, Edy akhirnya merealisasikan buah pikir tetangganya tersebut.

Hasilnya cukup memuaskan. Maksudnya, cara Edy mengkampanyekan diri itu banyak menuai perhatian masyarakat. Terutama, reaksi para pelanggan saat memesan GrabBike. Reaksinya, bermacam-macam.

Edy mendapat banyak dukungan dan doa dari para pelanggan dan orang yang bahkan tak dikenal yang kebetulan melihatnya sedang berkendara pelan di jalan. Hingga, kasak-kusuk dari civitas akademika saat Edy mengantar pelanggan ke Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

“Yo wis jarno mas. Namanya saya nggak punya uang (untuk kampanye). Teman-teman juga menyarankan kampanye dengan cara seperti itu. Ya sudah,” tutur pria yang masih membujang itu.

Kini, Edy masih menjalani aktivitasnya berkampanye dengan banner 40×50 yang menempel di bagian punggung jaketnya, sambil menunggu orderan pelanggan. Meski demikian, dirinya mengaku tak pernah mempengaruhi, apalagi memaksa penumpang agar mencoblosnya saat Pileg 2019 nanti.

“Saya target paling tidak 1.000 suara, meski partai sendiri nggak pernah menarget. Kalau dengan izin Tuhan semesta alam, saya jadi anggta legislatif, tak perangi sing nggak nggenah-nggenah iku,” tegas pria yang sudah tiga kali nyaleg dari partai yang berbeda.

(HDR/JPC)