25 radar bogor

Demi UMKM, IWAPI Bersama Kemendag Kampanyekan Cinta Produk Indonesia

Mendag Enggartiasto Lukita bersama Pengurus IWAPI mendukung UMKM (Istimewa)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) bersama Kementerian Perdagangan mengkampanyekan Gerakan Cinta Produk Indonesia. Langkah ini untuk mewujudkan komitmen bersama seluruh masyarakat untuk lebih mencintai dan bangga menggunakan produk buatan bangsa sendiri.

Ketua Umum IWAPI Nita Yudi mengatakan kampanye ini juga bertujuan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, dan persepsi positif masyarakat terhadap program-program peningkatan produk dalam negeri.

Nita menuturkan upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada kenyataannya akan terus dibayang-bayangi oleh tingginya serbuan barang-barang impor yang datang dari luar negeri. Ini merupakan dampak yang tidak dapat dihindari dari implementasi berbagai perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) di tengah semangat penguatan daya saing industri dan pengamanan pasar produk dalam negeri.

“Populasi Indonesia yang sangat besar merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan bagi perekonomian bangsa. Hal ini tidak hanya merepresentasikan besarnya potensi konsumsi di dalam negeri, namun juga kebutuhan akan lapangan pekerjaan yang juga sangat besar,” jelasnya di Jakarta, Minggu (16/12).

Idealnya, kata dia, tingkat konsumsi masyarakat yang besar harus membantu memberikan keuntungan bagi produsen-produsen dalam negeri melalui penyerapan produk-produk yang dihasilkan. Dengan demikian, kelangsungan usaha dan potensi pengembangan usaha akan tetap terjamin yang pada akhirnya akan menyelamatkan pendapatan pekerjapekerja lokal serta membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas bagi angkatan kerja di Indonesia.

Beberapa data mengungkapkan bahwa 96 persen perusahaan di ASEAN merupakan UMKM, 50 persen dari UMKM tersebut memberikan kontribusi 30persen – 53 persen PDB dan berkontribusi antara 19 persen – 31 persen dari total ekspor. Meski (Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) telah dimulai namun UMKM Indonesia masih belum mampu menghadapi persaingan disbanding UMKM Thailand dan Malaysia.

Survey yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Asia dan Institute Study Asia Tenggara pada tahun 2015, mencatat kurang dari 80 persen bisnis UKM di kawasan Asean yang belum siap menghadapi MEA.

Kemampuan suatu UMKM bersaing di era global tergantung dari beberapa variabel. Isu globalisasi merupakan suatu variabel yang mempunyai dampak beragam terhadap UMKM. Globalisasi melalui implementasi Free Trade Area (FTA) bisa menguntungkan dan bisa merugikan UMKM, keuntungannya adalah terbuka peluang bagi UMKM untuk memperluas pasar produk domistik ke negara mitra.

“Pemerintah seharusnya mengeluarkan PP yang mewajibkan WNI menggunakan dan mencintai produk-produk dalam negeri, pemerintah pun harus memfasilitasi para UMKM untuk berani ekspor sesuai himbauan Presiden Jokowi pada saat pembuka rakernasi IWAPI di Padang pada bulan Oktober lalu,” pungkasnya.

(uji/JPC)