25 radar bogor

Resmi Pimpin SKK Migas, Dwi Soetjipto Bikin Prioritas 3 Bulan Pertama

JAKARTA-RADAR BOGOR, Pemerintah akhirnya menetapkan kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Mantan Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto ditunjuk sebagai kepala SKK Migas. Dia menggantikan Amien Sunaryadi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, tugas yang diemban kepala SKK Migas saat ini adalah meningkatkan cadangan migas di Indonesia. Dia juga harus bisa mengawasi KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) yang mendapatkan blok habis masa kontrak untuk menyerahkan komitmen kerja pasti yang mencapai USD 2 miliar selama 10 tahun.

Jonan juga mengingatkan agar SKK Migas bisa meningkatkan TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) KKKS. “TKDN ini memang sangat tricky, tetapi ya niatnya baik. Kalau bisa diadakan dalam negeri, ya diadakan. Kalau tidak, ya tidak,” ujarnya di Kementerian ESDM kemarin (3/12).

Di tempat sama, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa dalam tiga bulan pertama ada 11 prioritas yang harus diselesaikan pada rencana kerja 2019. Di antaranya, melanjutkan sinergi antara pemerintah dan KKKS agar produksi lebih efisien. Lalu, menyelesaikan plan of development (PoD) beberapa proyek besar, termasuk proyek Indonesia Deepwater Development (IDD).

“Karena tantangannya di situ. Kemudian, dengan efisiensi itu, performance akan naik. Kalau naik, mereka memiliki kemampuan investasi,” imbuhnya.

Dwi juga akan mempelajari pemetaan letak cekungan-cekungan besar untuk menemukan cadangan baru migas. Selain itu, blok Masela akan menjadi prioritas karena bisa mendongkrak produksi besar. “Karena sudah jelas dalam desain harus selesai. Kalau awal 2027 onstream dan menurut informasi digeser lebih maju. Lebih cepat 1 sampai 2 tahun onstream-nya,” terangnya.

Bagi Dwi, sektor migas bukanlah hal baru. Pria kelahiran Surabaya itu pernah menjabat Dirut Pertamina periode 2014-2017.

Dwi dilengserkan bersama Wakil Dirut Pertamina Ahmad Bambang karena kerap bersinggungan dalam pengambilan kebijakan di Pertamina. Sebelumnya, dia juga menduduki kursi beberapa Dirut BUMN seperti PT Semen Indonesia, PT Semen Gresik, dan PT Semen Padang. Di bawah kepemimpinannya, dia berhasil memperluas operasi PT Semen Indonesia ke Asia Tenggara dengan akuisisi pabrik di Vietnam. Di bawah Dwi, laba Pertamina juga berhasil mengalahkan Petronas, perusahaan migas asal Malaysia dengan capaian Rp 40 triliun.

Kepala SKK Migas periode 2014-2018 Amien Sunaryadi mengatakan, peningkatan penemuan cadangan migas berukuran besar mutlak diperlukan untuk mengerek produksi migas tanah air. Sebab, jika tidak ada penemuan cadangan besar, defisit neraca pembayaran, terutama dari sektor migas, semakin besar.

“Defisit migas lebih besar itu bukan sekarang, tetapi tahun depannya lebih besar lagi. Tim SKK sudah berusaha meningkatkan produksi, tetapi lifting minyak paling naik 300 bph (barel per hari),” ujarnya.

Sementara itu, angka kebutuhan minyak di Indonesia jauh lebih besar, yakni 1,5 juta bph. “Pesan saya, Indonesia butuh giant discovery. Pertamina atau yang lainnya tidak pernah giant discovery, tetapi sekarang Pertamina dan perusahaan lain terikat kontrak dengan SKK untuk penggunaan eksplorasi senilai USD 2 miliar.”

(vir/c6/agm)