25 radar bogor

36% Anak Indonesia Kurang Gizi dan Gagal Tumbuh, Ini Kata Kubu Oposisi

Ilustrasi anak kurang gizi dan gagal tumbuh (stunting). (pixabay)

JAKARTA-RADAR BOGOR Gizi buruk dan stunting menjadi salah satu fokus isu yang terus disuarakan oleh tim sukses Prabowo-Sandiaga Uno. Pasalnya, 36 persen dari anak Indonesia mengalami gagal tumbuh dan persoalan gizi.

Fakta ini juga menunjukkan semakin banyaknya anak yang lahir dengan tinggi badan yang tidak sesuai alias cebol. Mardani Ali Sera selaku Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandiaga menilai permasalahan gizi buruk masih terus menjadi sorotan kubu oposisi.

Namun data hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi balita Indonesia yang mengalami stunting mengalami penurunan. Akan tetapi angka itu masih berada di high prevalence. Selain itu juga, masih jauh di atas batas maksimal 20 persen yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Stunting ini yang cebol, tingginya umur 7 (tahun) harusnya 100 cm dia hanya 80 cm. Makanya minta maaf Indonesia kalah terus karena yang lain badannya tinggi-tinggi,” kata Mardani di Kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (20/11).

Menurut politikus senior PKS itu, asupan gizi yang baik harus dimulai sejak di dalam kandungan. “Saya punya anak dua lahir di Malaysia. Dibandingkan (anak) yang lahir disini, yang di Malaysia tinggi-tinggi. Saya bilang mungkin gizinya kita (Indonesia) harus perbaiki,” pungkasnya.

Diketahui, The Habibie Center pernah merekomendasikan terobosan kebijakan guna mencegah stunting pada anak. Salah satunya dengan merevisi Permenkes No 23 Tahun 2014 dan Permenkes No 51 Tahun 2016.

Beberapa poin yang harus direvisi antara lain Pemberian Nutrisi Khusus (PKMK) jika terdapat indikasi medis. Selain itu, memastikan penggunaan nutrisi khusus di fasilitas kesehatan terbaru dan di bawah pengawasan medis. Untuk detail spesifikasi produk nutrisi khusus mengacu pada Peraturan Kepala BPOM No 1 Tahun 2018 tentang Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus.

(aim/JPC)