25 radar bogor

Miris! Pelajar Pecandu Rokok Bertambah, Ini yang Dilakukan Praktisi Kesehatan

Ilustrasi rokok

BOGOR – RADAR BOGOR, Prevalensi perokok anak usia 10 hingga 18 tahun terus meningkat. Dari 7,2 di tahun 2013 menjadi 9,1 saat ini berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018.

Hal itu, tentu menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak. Salah satunya dari Forum Indonesia Muda (FIM) Regional Bogor. Dalam kegiatan bertajuk Celoteh Hore: Mudah Punya Cerita itu, dihadirkan beberapa narasumber yang berkompeten dibidangnya.

Seperti perwakilan Ikatan Dokter Indonesia dr Adelia Rahmi, Juru Bicara Gerakan Muda FCTC Margianta Surahman Juhanda Dinasa, Ketua Aliansi Masyarakat Korban Rokok Indonesia (AMKRI) Helena Liswara dan Sekretaris Emancipate Indonesia Amalia Suri. Mereka membicarakan peran aktif anak muda dalam pengendalian tembakau.

Ketua Panitia Celoteh Hore, Aliya Nurarifa mengatakan, anggota FIM memiliki komitmen. Salah satunya, harapan agar hasil dari kegiatan yang dilaksanakan bisa dilanjutkan.

Terutama, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa merokok itu rugi dan dirugikan. “Semoga pemerintah juga terdorong untuk semakin yakin dan tegas dalam melindugi kesehatan masyarakat dari rokok,” ujarnya kepada Radar Bogor di sela kegiatan di Taman Kencana, Minggu (18/11/2018).

Keberlanjutan dari kegiatan tersebut, kata dia, akan menyasar sekolah yang juga hadir menjadi peserta dalam kegiatan kali ini.

Selain sosialisasi, dilakukan pula terapi penyembuhan bagi siswa yang sudah candu terhadap rokok.

“Jadi, ada usaha preventif, terapis, mungkin saat mereka (siswa) sedang ekstrakulikuler kita adakan sosialisasi itu,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua AMKRI, Helena Liswara menuturkan, berbagai dampak bakal terjadi di waktu mendatang pada perokok aktif.

Berdasarkan pengalamannya bersama tim di AMKRI, sambung Helena, banyak yang mengaku menyesal menjadi perokok aktif. Seperti bagian lehernya yang harus dibolongi karena kanker laring.

Sementara, perokok pasif yang akan menderita asma akut. Bukan hanya kesehatan tubuh yang kerugian, tetapi finansial juga akibat tidak bisa lagi bekerja kemudian menyebabkan konflik internal dalam keluarga.

Dalam kesempatan tersebut dr. Adelia juga mempraktikkan terapi untuk berhenti merokok kepada para perokok yang hadir di lokasi acara. (gal/c)