25 radar bogor

Efek Isu Pembakaran Bendera Lebih Besar dari Hoax Ratna Sarumpaet

Analis Media Sosial Ismail Fahmi menilai isu Ratna Sarumpaet masih kalah besar dibanding kasus pembakaran bendera di Garut. (dok. JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR Dalam satu bulan terakhir masyarakat Indonesia digemparkan dengan sejumlah kasus besar. Mula-mula hoax yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet, kemudian insiden pembakaran bendera di Garut, Jawa Barat saat peringatan Hari Santri Nasional.

Analis Media Sosial Ismail Fahmi menyebut, isu hoax Ratna Sarumpaet sangat menguntungkan kubu petahana, Joko Widodo (Jokowi). Kasus ini menjadi celah bagi kubu 01 untuk menenggelamkan kubu penantang di mata publik.

Tak ayal, ketika kasus ini mencuat ke publik, kubu petahana secara masif melontarkan kritik. Sebab, efek elektoral yang di dapat bisa sangat tinggi.

“Iyah Ratna Sarumpaet dipabrikasi luar biasa. Pas awal-awal keuntungan luar biasa untuk kubu nomor 1, langsung dimanfaatkan untuk menjatuhkan, menyerang. (di) TV dan sebagainya bisa dilihat,” ujar Ismail di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Pusat, Rabu (14/11).

Meski demikian, Ismail menilai isu Ratna Sarumpaet masih kalah besar dibanding kasus pembakaran bendera di Garut. Ketika kasus tersebut mencuat maka pusat perhatian publik ke hoax Ratna Sarumpaet menjadi berkurang signifikan.

“Ini (kasus Ratna Sarumpaet, Red) akan mudah dikalahkan oleh isu identitas bendera. Itu tadi kenapa jumlah mereka cocok dengan identitas mereka. Pembela tauhid jauh lebih besar dibanding (penghujat) Ratna Sarumpaet,” tegasnya.

Menurutnya, hal itu dikarenakan isu identitas sangat sensitif di tengah kehidupan masyarakat. Publik yang memiliki kesamaan ideologi, akan langsung tergerak ketika kepercayaan mereka diusik.

“Pengelompokan sura itu paling gampang dengan identitas, Islam, nasionalis, komunis, ini tengah dan kanan, spektrumnya tinggi itu aja,” pungkas Ismail.

(sat/JPC)