25 radar bogor

Libatkan Sebelas Unsur, Sumbang Ide Lewat FGD Jabar Masagi

PENDIDIKAN:

CISARUA–RADAR BOGOR, Focus Group Discussion (FGD) eksternal Jabar Masagi untuk Area 5 berlangsung di Hotel Grand Prioritas, Jalan Raya Puncak–Cisarua, Selasa (13/11/2018).

Peserta berasal dari Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi dengan sebelas unsur yang terlibat di dalamnya, mulai dari KCD, MKKS, MKPS, Komite, Disdik, Guru, Dewan Pendidikan, Forum Osis, BPLHD, Kandep hingga Budayawan. FGD yang berlangsung dari pukul 08.00 itu dimoderatori Tini Sugiartini yang juga Pengawas SMK Disdik Provinsi Jabar.

Tini kepada Radar Bogor menjelaskan, FGD diawali pemaparan Jabar Masagi, kemudian setelah 11 unsur yang terlibat dibagi menjadi beberapa kelompok untuk tahapan diskusi. Pengelompokkan dilihat dari jenjang, semisalnya kelompok Guru dengan Forum Osis, Komite Sekolah, Dewan Pendidikan. Kemudian unsur struktural pembuat kebijakan, semisalnya unsur KCD, Kandep, BPLHD, MKKS juga MPKS.

Dijelaskan Tini, jika tingkat nasional dikenal dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), maka Jabar Masagi hadir untuk masyarakat Jawa Barat, namun bukan berarti berbeda dengan program nasional, namun dikemas untuk penguatan pendidikan karakter dengan “rasa” Jabar.

“Jadi kami mencoba untuk menggali nilai-nilai karakter Jawa Barat, yang merupakan karakter unggul, dan tidak tumpang tindih dengan PPK. Justru PPK di nasional itu bukan berarti nilai karakternya tidak ada, tetap ada di dalam kultur pendidikan nasional, karena sifatnya nasional maka semua sekolah sudah mengimplementasikan PPK ini, nah sekarang PPK, untuk di Jabar dengan “rasa” Jabar,” beber Tini.

Dimaksud “rasa” Jabar, urai Tini, adalah nilai-nilai atau kearifan lokal, karakter yang merupakan nilai-nilai budaya Jawa Barat diangkat kembali, diingatkan kembali di masyarakat Jawa Barat yang implementasinya bisa ke dalam kegiatan intrakulikuler, ekstrakulikuler maupun kokurikuler.

“Tidak menjadi beban bagi guru, sekolah, dengan adanya Jabar Masagi ini, tapi Jabar Masagi lebih kepada implementasi, mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal sebagai penguatan terhadap nilai-nilai budaya nasional,” jelasnya.

Lebih lanjut Tini mengatakan, Jabar Masagi bukan berarti kembali ke masa lalu, namun nilai-nilai karakter yang kuat, unggul dan menjadi tameng bagi masyarakat Jawa Barat diingatkan terhadap generasi masa muda kini.

“Kenapa kok jadi di Dinas Pendidikan atau sektor pendidikan, karena dianggap adalah lini yang sangat unggul untuk menguatkan kembali nilai-nilai budaya lokal ini, bukan berarti kita harus nengok, kembali ke belakang, tapi bagaimana mengemas nilai karakter, budaya lokal ini menajdi unsur penguat dalam pendidikan karakter, masyarakat indonesia, masyarakat Jawa Barat khususnya,” tuturnya.

Tini menjelaskan, hasil FGD akan menjadi bahan pertimbangan tim Jabar Masagi dalam menyusun naskah akademik saat nanti sosialisasi program dan pelatihan yang akan diberikan kemudian sehingga pihaknya tidak memaksakan setiap sekolah harus sama.

“Nanti hasilnya ada revisi, karena kan tidak mudah untuk menggabungkan suatu kebijakan yang bisa menyamankan semua wilayah yang memiliki heterogenitas. Dari lima area saja sudah berbeda, apalagi melihat Jawa Barat yang terdiri dari 27 kota/kabupaten, pasti rasanya akan beda, tapi setidaknya ada nilai-nilai kesamaan, apakah itu nilai keagamaan, sosialnya, gotong royong, kemandirian, kebangsaan, kewilayahannya, kan itu yang kita kuatkan,” bebernya. Jabar Masagi ini, sambung Tini, akan dilaunching akhir November mendatang.

Sementara itu, Narasumber Jabar Masagi, Reni Haerani menilai peran sentral keberhasilan Jabar Masagi adalah semua unsur yang bergelut di bidang pendidikan. Artinya semua elemen atau komponen di dalam pendidikan pasti terlibat, mulai dari penentu kebijakan. Kadisdik, Kabid, Kasi hingga Kepala Sekolah. Lalu pelaksana kegiatan, elemen di dalamnya yaitu para stakeholder yang ada di sekolah, Guru, Siswa, termasuk Orang Tua dan Komite.

“Perlu diketahui bahwa Jabar Masagi ini lahir agar masyarakat Jawa Barat memiliki 4 pilar kehidupan yang harus dipahami dan dilaksanakan, pertama Surti, Harti, Bukti dan Bakti,” ungkapnya.

Menurut Reni, urgensi keberadaan Jabar Masagi dirasa penting, contohnya masih banyak pelajar yang hanya mengejar unsur kognitifnya saja, tapi tidak memiliki akhlak mulia. “Berharap melahirkan generasi yang berkarakter, menjadi manusia yang seutuhnya dalam dimensi hati, pikiran, raga, rasa dan karsa.

Di kesempatan yang sama, Kepala SMAN 10 Kota Bogor, Emi Rosmiami menganggap Jabar Masagi sangat sejalan dengan nilai-nilai religiusitas. Karena manusia pada dasarnya, atau akhirnya akan berpulang yang diharapkan khusnul khatimah.(wil/c)