25 radar bogor

Anak Buah Prabowo Sebut Demokrat Salah Strategi di Pilpres 2019

Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat sakit dan di rawat di RSPAD saat publik sedang diramikan dengan pemebentukan koalisi pilpres 2019. (ist/JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR Partai Demokrat mengeluh karena tidak mendapatkan keuntungan suara karena dukunganya pada Pilpres 2019. Berkah elektoral itu hanya didapat Partai Gerindra yang memiliki calon presiden Prabowo Subianto.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP Partai Gerindra Sodik Mudjahid membantah Demokrat tidak mendapatkan keuntungan. Pasalnya apabila partai besutan Susilo Bambang Yudhyono itu fokus ingin memenangkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno, otomatis elektabiltas juga mesti terangkat.

“Harusnya ketika fokus memenangkan presiden harusnya otomatis terangkat,” ujar Sodik di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (13/11).

Oleh sebab itu, apabila elektabilitas Partai Demokrat belum terangkat di Pilpres 2019 ini, maka Sodik menduga ada kesalahan strategi yang diterapkan SBY.

“Jadi ketika ada yang belum terangkat, artinya masih ada masalah dalam strategi,” tegasnya.

Gerindra pun, dikatakan Sodik, terus membangun komunikasi dengan Partai Demokrat. Pembicaraan dilakukan untuk merumuskan strategi badan pemenangan nasional Prabowo-Sandi di pilpres.

“Ada forum komunikasi dan ada pertemuan rutin. Kuncinya adalah strategi yang bisa angkat dua-duanya (angkat elektabilitas capres-cawapres dan partai koalisi),” pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bicara blak-blakan di hadapan ratusan caleg. Dalam pidato politiknya, SBY mengatakan Pemilu 2019 ini sangatlah berat tantangannya.

Tantangan itu dikatakan SBY karena Pemilu 2019 ini berbarengan dengan pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres).

Diketahui, merujuk hasil dari semua lembaga survei di Pemilu 2019 mendatang, yang sangat diuntungkan adalah partai politik yang memiliki calon presiden. Misalnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) lewat Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan capres Prabowo Subianto.

‎Sementara partai lain yang tidak memiliki calon presiden dan cawapresnya suaranya anjlok dan tidak mendapatkan keuntungan apa-apa.

(ce1/gwn/JPC)