25 radar bogor

Kata Arya, Politik Genderuwo Itu Cara Jokowi untuk Bangkitkan Rakyat

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa kedua orang tuanya merupakan mulsim asli kelahiran Boyolali. (Dery Ridwansyah/JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR,Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal politik genderuwo adalah cara untuk membesarkan hati sekaligus meyakinkan masyarakat. Itu diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf Amin, Arya Sinulingga.

“Jadi itu maksudnya baik, tak perlu jadi pesimis dan takut dengan upaya pihak tertentu yang terus berusaha menebar ketakutan. Jokowi hanya ingin membangkitkan optimisme dan keberanian rakyat Indonesia,” ujarnya, Jumat (9/11).

Dalam konteks lebih luas, lanjut Arya, pernyataan Presiden Jokowi itu juga sebagai peringatan kepada semua pihak yang suka memakai cara-cara ‘politik genderuwo’. Karena Wujud politik genderuwo adalah suka menghantui, menakut-nakuti, membuat seakan-akan ada situasi mengerikan.

“Politik demikian berbeda dengan yang suka membawa kedamaian dan membangun optimisme,” katanya.

Politikus Partai Persatuan Indonesia (Perindo) ini mengatakan, politik genderuwo itu juga suka mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagai contoh usaha membangun kepanikan dan kebencian lewat omongan bahwa harga barang-barang naik.

Atau pernyataan yang menyebut bahwa Indonesia di ambang kehancuran. Lalu pernyataan 90 persen rakyat Indonesia miskin. Niatnya tentu saja demi membangun ketakutan dan kecemasan soal masa depan Indonesia yang tak baik.

Padahal, faktanya, harga barang-barang sama sekali tidak naik. Indonesia pun sama sekali tak diambang kehancuran dan tak pula ada 90 persen masyarakat Indonesia berada dalam kemiskinan.

“Apa ada 90 persen masyarakat miskin? Padahal kemacetan ada dimana-mana karena mobil bertambah. Bukan hanya di Jakarta, tapi juga kota di daerah,” katanya.

“Lihat Lombok. Warga di sana bisa recovery dengan cepat. Aktivitas ekonomi sudah jalan lagi. Kalau miskin, kan tak mungkin bisa. Tak ada yang meminta-minta, jadi tak miskin,” lanjutnya.

Namun, walau kondisi sebenarnya sudah jelas-jelas berbeda, para politisi itu terus menerus tanpa henti berusaha menyatakan kebohongannya. Mereka berusaha selalu meyakinkan sesuatu yang tak ada, menjadi ada di pikiran masyarakat.

“Itulah politik genderuwo. Genderuwo itu adalah hantu. Mereka berusaha menakut-nakuti. Yang tidak ada, berusaha diada-adakan,” kata Arya.

Seharusnya, lanjut Arya, kampanye yang baik adalah yang mendorong ide-ide baru, menjelaskan visi misi ke masyarakat dengan baik. Sehingga masyarakat berpikir memilih pemimpin yang bisa membawa kebaikan hidup bersama di masa mendatang.

“Jadi jangan ketakutan yang dibangun, supaya rakyat takut. Saya katakan, kalau yang bikin takut itu kan sebenarnya genderuwo,” pungkasnya. (gwn/JPC)