25 radar bogor

Ratapan Pilu Keluarga Korban Lion Air JT-610: Tolong Pak, Kembalikan Keluarga Kami

Ratapan Pilu Keluarg Korban Lion Air JT-610.

JAKARTA-RADAR BOGOR,Haru dan pilu. Tangis dan kecewa. Dua kalimat tersebut menggambarkan suasana pertemuan keluarga korban Lion Air JT 610 kemarin (5/11). Mereka menumpahkan semua kesedihan dan keluhan saat bertatap muka dengan para pejabat yang menangani kasus tersebut.

Para keluarga korban kemarin bertemu dengan Kepala Basarnas Marsekal Madya M. Syaugi.

Selain itu, ada juga Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, Pangarmada I Laksda TNI Yudo Margono, serta Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigjen Arthur Tampi di ruang pertemuan Hotel Ibis Cawang, Jakarta.

Lagi, 13 Jenazah Korban Jatuhnya Lion Air Teridentifikasi, Berikut Data-datanya

Hampir semua yang diberi kesempatan bertanya menyampaikan dengan suara tercekat. Beberapa di antara mereka bahkan tak kuasa menahan tangis saat menyebutkan nama anggota keluarga yang menjadi korban. Misalnya, Moch. Bambang Sukandar, 62, asal Pati, Jawa Tengah. Dia kehilangan putranya, Pangky Pradana Sukandar, 29.

“Mohon dengan hormat, Pak. Kiranya penumpang JT 610 ini mohon segera dikembalikan ke kami, Pak. Teridentifikasi. Tolong dengan hormat, sekali lagi,” kata Bambang dengan suara parau.

Dia menuturkan, putranya yang bekerja di perusahaan transportasi di Bangka Belitung itu punya putri berusia 4 tahun.

Dia juga meminta penjelasan soal kabar kerusakan pesawat Lion Air yang terjadi pada malam sebelum kecelakaan. Dia menyebutkan, perlu ada penjelasan dan tanggung jawab dari teknisi yang memeriksa pesawat tersebut.

Sudah 140 Kantung Jenazah Ditemukan, KNKT Ungkap Fakta Kerusakan Lion Air JT610

“Jangan sampai kejadian ini berlanjuuut terus di Indonesia tercintaku ini,” ujarnya, lantas terisak.

Bambang pulalah yang akhirnya “memaksa” pendiri Lion Air Rusdi Kirana untuk berdiri. Rusdi memang tidak berdiri di atas panggung menghadap keluarga penumpang Lion Air. Rusdi yang menjabat duta besar Indonesia untuk Malaysia itu berdiri di barisan terdepan.

“Saya belum kenal Pak Rusdi Kirana. Mohon dengan hormat untuk berdiri, Pak. Mohon dengan hormat,” ucap Bambang dengan suara pelan.

Dia berharap Kementerian Perhubungan bisa memberikan alternatif penerbangan pagi untuk berbagai tujuan. Sebab, penerbangan dari Jakarta ke Babel saat pagi hanya dilayani Lion Air.

“Anak saya kalau berangkat pagi dari Jakarta harus melaksanakan tugas, ndak ada pilihan flight selain Lion yang pagi.”

Keluarga korban yang lain meminta evakuasi korban diutamakan, bukan hanya kotak hitam (black box).

Bahkan, ada usul agar penyelam yang mendapat apresiasi bukan penemu kotak hitam, tapi siapa yang paling banyak mengangkat jenazah.

Rata-rata kekecewaan dilontarkan kepada manajemen Lion Air. Misalnya, soal cukup sulitnya komunikasi dalam sepekan masa pencarian korban.

Keluhan juga disampaikan untuk identifikasi jenazah yang butuh waktu lama. Selain itu, mereka meminta ada perwakilan keluarga korban yang dilibatkan dalam penyelidikan di KNKT agar investigasi tidak “masuk angin”.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menuturkan, pihaknya berusaha memfasilitasi keinginan keluarga korban untuk masuk tim investigasi. Tapi bukan menjadi investigator. Sebab, KNKT adalah lembaga independen dan langsung bertanggung jawab kepada presiden.

“Kami juga berupaya tidak menyalahi aturan,” tegas Soerjanto.

Salah satu bentuk fasilitas itu adalah mengundang perwakilan keluarga penumpang untuk bisa berdiskusi dengan KNKT. Namun, hasil diskusi hanya untuk kalangan terbatas, bukan bahan pengajuan tuntutan.

“Jadi, jangan dipakai untuk penuntutan atau masalah hukum yang lain. Kami hanya semata-mata untuk keselamatan,” ujarnya.

Tim penyelidik dari KNKT sudah berhasil mengunduh salah satu kotak hitam yang berisi rekaman data penerbangan (flight data record/FDR) dengan hasil yang bagus. Isinya adalah rekaman 69 jam yang memuat data 19 penerbangan dengan total 1.790 parameter.

Dibutuhkan waktu setidaknya dua pekan ke depan untuk memverifikasi dan menganalisis data tersebut. Sementara itu, cockpit voice recorder (CVR) belum ditemukan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan, sebelas pesawat Boeing 737 MAX 8 telah diaudit dan dinyatakan laik jalan. Kini pihaknya melanjutkan special audit sejak Sabtu (3/11).

Pemeriksaan khusus awak pesawat itu ditujukan untuk menilai kualifikasi mereka. Selain itu, ada audit kesesuaian standar operasional prosedur yang berlaku di Lion Air. Hasilnya baru diketahui sepekan lagi.

“Butuh waktu lima hari sampai seminggu ke depan untuk disampaikan hal-hal yang bisa menjadi konsumsi publik. Kalau yang lain, akan kami sampaikan ke KNKT,” ujarnya.

Budi menuturkan, ada dugaan kesalahan teknis dan human error berkaitan dengan jatuhnya pesawat Lion Air. Analisis itu akan berpijak pada FDR dan CVR.

“Dari situ akan ketahuan apakah itu human error atau technical error,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Lion Air Edward Sirait menegaskan, pihaknya mengikuti semua pemeriksaan oleh Kemenhub, termasuk ramp check yang sudah berjalan.

Hal itu tidak mengganggu jadwal penerbangan pesawat. “Penjadwalan pesawat normal saja,” katanya.

Sementara itu, kelanjutan pesanan pesawat Boeing 737 MAX 8 belum dibicarakan. Edward meminta menunggu hasil pembicaraan. Tapi, dia mengakui bahwa pesawat Lion memang menyewa. “‘Ya memang pesawat kita leasing,” tuturnya.

Managing Director Lion Air Daniel Putut menuturkan, pihaknya tetap melayani penumpang seperti biasa. Pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dinyatakan layak terbang tetap difungsikan.

“Masih terbang (sampai sekarang). Karena sudah diaudit Kemenhub,” kata Daniel.

Mengenai audit untuk teknisi, Daniel menyebutkan bahwa ada teknisi Lion Air yang ikut jadi korban. “Ada teknisinya yang ikut di pesawat itu sebetulnya. Jadi, kami sendiri sedih,” jelasnya.(jun/tau/c5/oni)